فرتوبوحن كباجيكن دان فنديديكن المنورة
منيتي تيتيئن السلف الصالح
Tuesday, 20 November 2012
Friday, 19 October 2012
Monday, 9 July 2012
Monday, 30 April 2012
Friday, 27 April 2012
MESYUARAT AGUNG KE 3
السلام
عليكم ورحمة الله وبركاته
MESYUARAT
AGUNG KETIGA
PERTUBUHAN
KEBAJIKAN DAN PENDIDIKAN
AL
MUNAWWARAH ,NEGERI MELAKA
AKAN
DIADAKAN PADA 29/04/2012
AHAD JAM :
2.30 PETANG
BERTEMPAT:
DI SEKOLAH RENDAH ISLAM AL MUNAWWARAH
BUKIT PULAU
,DURIAN TUNGGAL
MELAKA.
DIRASMIKAN:
YANG
BERBAHAGIA
DR.
SULAIMAN NORDIN.
Thursday, 5 April 2012
Tauhid Uluhiyah Inti Dakwah Para Nabi Dakwah Salafiyah
Tauhid Uluhiyah Inti Dakwah Para Nabi Dakwah Salafiyah
بسم
الله الرحمن الرحيم
Tauhid Uluhiyah
1.
Uluhiyah Adalah Ibadah.
Tauhid
uluhiyah adalah mengesakan Allah dengan perbuatan para hamba
berdasarkan niat taqarrub (mendekatkan diri) dgn hal yang disyari’atkan seperti
do’a, nazar, qurban, roja’ (pengharapan), takut, tawakkal, raghbah (senang),
rahbah (takut), & inabah (kembali/taubat).
Dan jenis tauhid
ini adalah inti dakwah para rasul, mulai rasul yang pertama hingga yang
terakhir. Allah berfirman,
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولا أَنِ
اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
“Dan
sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):
‘Sembahlah Allah (saja), & jauhilah taghut itu.” (An-Nahl: 36).
Dalam ayat
lain,
“Dan kami
tak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya,
‘Bahwasanya tak ada Tuhan (yang haq) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu
sekalian akan Aku’.” (Al-Anbiya’:
25)
Setiap rasul
selalu melalui dakwahnya dgn perintah tauhid uluhiyah. Sebagaimana yang
diucapkan oleh Nabi Nuh, Hud, Shalih, Syu’aib, & lain-lain. Allah
mengisahkan, “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan
bagimu selain-Nya.” (Al-A’raf: 59, 65, 73, 85). Dan juga kisah Nabi Ibrahim
-‘alaihissalam-, “Dan ingatlah Ibrahim, ketika ia berkata kepada kaumnya,
‘Sembahlah olehmu Allah & bertakwalah kepada kepada-Nya’.” (Al-Ankabut:
16)
Dan
diwahyukan kepada Nabi Muhammad ,
“Katakanlah,
‘Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dgn memurnikan ketaatan
kepada-Nya dlm (menjalankan) agama.” (Az-Zumar: 11)
Rasulullah
sendiri juga bersabda,
“Saya
diperintahkan utk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tiada ilah
(sesembahan) yang berhak utk disembah kecuali Allah dan bahwa Muhammad
adalah Rasulullah.” (HR.
Bukhari & Muslim)
Kewajiban
awal sebagai mukallaf (orang Islam yang telah dikenai beban syari’at) adalah
bersaksi laa ilaaha illallah (tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali
Allah ), serta mengamalkannya. Allah berfirman,
“Maka
ketahuilah bahwa tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Allah &
mohonlah ampunan bagi dosamu..” (QS.Muhammad: 19)
Dan
kewajiban pertama bagi orang yang ingin masuk Islam adalah mengikrarkan dua
kalimat syahadat.
Jadi
jelaslah bahwa tauhid uluhiyah adalah maksud dari dakwah para rasul. Disebut
demikian, karena uluhiyah adalah sifat Allah yang ditunjukkan oleh
nama-Nya, “Allah”, yang ertinya dzul uluhiyah (yang memiliki uluhiyah).
Juga disebut
“Tauhid Ibadah”, kerana ‘ubudiyah adalah sifat ‘abd (hamba) yang wajib
menyembah Allah secara ikhlas, kerana ketergantungan mereka kepada-Nya.
Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah mengatakan,
“Ketahuilah,
keperluan seorang hamba utk menyembah Allah tanpa menyekutukan-Nya dgn
sesuatu pun, tak memiliki bandingan yang dapat dikiaskan, tetapi dari sebagian
segi mirip dgn keperluan jasad kepada makanan & minuman. Akan tetapi
diantara keduanya ini terdapat perbezaan mendasar. Kerana hakikat seorang hamba
adalah hati & ruhnya, ia tak blh baik kecuali dgn Allah yang tiada
Tuhan (yang wajib disembah) selain-Nya. Ia tak boleh tenang di dunia kecuali
dgn mengingat-Nya. Seandainya hamba memperoleh kenikmatan & kesenangan
tanpa Allah , maka hal itu tak akan berlangsung lama, tetapi akan
berpindah-pindah dari satu perkara ke perkara yang lain, dari satu orang kepada
orang lain. Adapun Tuhannya maka Dia diperlukan setiap saat & setiap waktu,
di manapun ia berada maka Dia selalu bersamanya.” (Majmu’ Fatawa, 1/24)
Monday, 26 March 2012
Al Wala' Wal Bara' Sebuah I’tiqod
Termasuk ke
dalam pokok Aqidah Ahlussunnah, bahawa seorang muslim wajib berpegang teguh
dengan Aqidah ini, memberikan wala' (Ketaatan) kecintaan kepada ahlinya dan memberikan
sikap bara'( kebencian) terhadap musuh-musuhnya.
Maka wajib mencintai ahli Tauhid dan ikhlas dan menolong mereka serta membenci ahli syirik dan memusuhinya. Yang demikian itu adalah milahnya (jalan yg ditempuh) Ibrahim 'alaihis salam dan orang-orang yang bersamanya di mana kita diperintah untuk mengikutinya.
Allah berfirman,
Maka wajib mencintai ahli Tauhid dan ikhlas dan menolong mereka serta membenci ahli syirik dan memusuhinya. Yang demikian itu adalah milahnya (jalan yg ditempuh) Ibrahim 'alaihis salam dan orang-orang yang bersamanya di mana kita diperintah untuk mengikutinya.
Allah berfirman,
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ
مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ
دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ
أَبَدًا حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ إِلا قَوْلَ إِبْرَاهِيمَ لأبِيهِ لأسْتَغْفِرَنَّ
لَكَ وَمَا أَمْلِكُ لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ رَبَّنَا عَلَيْكَ تَوَكَّلْنَا
وَإِلَيْكَ أَنَبْنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ
"Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada
Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada
kaum mereka: "Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu
sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran) mu dan telah nyata antara kami
dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman
kepada Allah saja. Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapanya: "Sesungguhnya
aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatu pun
dari kamu (siksaan) Allah". (Ibrahim berkata): "Ya Tuhan kami, hanya
kepada Engkaulah kami bertawakal dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan
hanya kepada Engkaulah kami kembali,." (QS Al Mumtahanah: 4).
Sikap ini juga dijelaskankan dalam diennya Muhammad Shalallahu 'alaihi wassalam. Allah berfirman,
Sikap ini juga dijelaskankan dalam diennya Muhammad Shalallahu 'alaihi wassalam. Allah berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى
أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ
مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpinmu,
sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di
antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin maka sesungguhnya orang itu
termasuk golongan mereka." (QS Al Maidah: 51).
Dan Allah juga berfirman,
Dan Allah juga berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا عَدُوِّي وَعَدُوَّكُمْ
أَوْلِيَاءَ تُلْقُونَ إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ وَقَدْ كَفَرُوا بِمَا جَاءَكُمْ
مِنَ الْحَقِّ يُخْرِجُونَ الرَّسُولَ وَإِيَّاكُمْ أَنْ تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ رَبِّكُمْ
" Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi
teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad),
kerana rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada
kebenaran yang datang kepadamu, mereka mengusir Rasul dan (mengusir) kamu kerana
kamu beriman kepada Allah, Tuhanmu.." (QS Al Mumtahanah: 1).
Bahkan Allah
telah mengaharamkan kaum muslimin Mencintai dan kepada orang-orang kafir
walaupun mereka kerabat dekatnya. Allah berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا آبَاءَكُمْ وَإِخْوَانَكُمْ
أَوْلِيَاءَ إِنِ اسْتَحَبُّوا الْكُفْرَ عَلَى الإيمَانِ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ
فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
"Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu jadikan bapak-bapak dan saudaramu pemimpin-pemimpinmu.
Jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu
yang menjadikan mereka pemimpin-pemimpinmu, maka mereka itulah orang-orang yang
zalim." (QS At Taubah: 23).
Allah berfirman,
لا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ يُوَادُّونَ
مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ
إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ
"Kamu tidak
akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling
berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan rasul-Nya sekalipun
orang-orang itu bapak-bapaknya atau anak-anaknya atau saudara-saudaranya
ataupun keluarganya." (QS Al Mujaadilah: 22).
Sungguh telah banyak dari kaum muslimin yang bodoh akan prinsip yang agung ini, bahkan sebahagian yang menisbatkan dirinya pada ilmu dan da'wah sekalipun! Dengan alasan kemaslahatan agama dan persamaan kemanusiaan serta segudang alasan-alasan lainnya mulai terjerumus untuk menyerukan persamaan dan penyatuan agama, innalillahi wa inna ilaihi roji'un. Perhatikanlah beberapa bahaya yang akan menimpa kaum muslimin dari seruan syaitan ini:
Sungguh telah banyak dari kaum muslimin yang bodoh akan prinsip yang agung ini, bahkan sebahagian yang menisbatkan dirinya pada ilmu dan da'wah sekalipun! Dengan alasan kemaslahatan agama dan persamaan kemanusiaan serta segudang alasan-alasan lainnya mulai terjerumus untuk menyerukan persamaan dan penyatuan agama, innalillahi wa inna ilaihi roji'un. Perhatikanlah beberapa bahaya yang akan menimpa kaum muslimin dari seruan syaitan ini:
Pertama: menghalalkan persaudaraan dengan Yahudi dan Nashrani.
Kedua: menahan tulisan-tulisannya kaum muslimin dan lisan-lisannya dari mengkafirkan Yahudi dan Nashrani dan yang lainnya yang telah dikafirkan Allah dan rasul-Nya.
Ketiga: menggugurkan hukum-hukum Islam yang diwajibkan atas kaum muslimin di hadapan kaum kafirin dan yang lainnya yang tidak beriman dengan Islam.
Keempat: meninggalkan jihad yang ia sebagai puncak ketinggian Islam.
Kelima: menghancurkan kaidah Islam dan asasnya yakni al Wala' dan al Bara' serta masih banyak lagi yang lainnya.
Oleh kerana itu dengan bahayanya seruan ini bagi Islam dan muslimin, maka Lembaga Fatwa dari kalangan para ulama yang diketuai ketika itu oleh Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz rahimahullah mengeluarkan fatwa no. 19402 pada 25/1/1418 H.
Yang ringkasan isi, "Sesungguhnya seruan
kepada penyatuan agama jika muncul dari seorang muslim maka bererti ia telah
murtad dengan kemurtadan yang jelas kerana telah menyesih pokok-pokok Aqidah,
redha dengan kekufuran terhadap Allah dan menggugurkan kebenaran Al Quran serta
menolak bahwa Al Quran telah menghapus seluruh syariat dan ajaran sebelumnya,
berdasarkan atas hal itu maka ia adalah fikrah (pemikiran) tertolak secara
syariat, diharamkan secara pasti dengan seluruh dalil-dalil baik Al Quran,
Sunnah, mahupun ijma'."
Seperti halnya Allah telah mengharamkan memberikan ketaatan dan kecintaan kepada orang-orang kafir, Allah juga mewajibkan memberikan ketaatandan kecintaan kepada orang-orang mu'min. Allah berfirman,
Seperti halnya Allah telah mengharamkan memberikan ketaatan dan kecintaan kepada orang-orang kafir, Allah juga mewajibkan memberikan ketaatandan kecintaan kepada orang-orang mu'min. Allah berfirman,
وَمَنْ يَتَوَلَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَالَّذِينَ آمَنُوا فَإِنَّ حِزْبَ
اللَّهِ هُمُ الْغَالِبُونَ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا الَّذِينَ اتَّخَذُوا
دِينَكُمْ هُزُوًا وَلَعِبًا مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَالْكُفَّارَ
أَوْلِيَاءَ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
"Sesungguhnya penolong kamu hanyalah
Allah, rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman yang mendirikan sholat dan
menunaikan zakat seraya mereka tunduk kepada Allah. Dan barangsiapa mengambil
Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, maka
sesungguhnya pengikut agama Allah itulah yang pasti menang." (QS Al
Maidah: 55-56).
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ
رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلا مِنَ اللَّهِ
وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ
" Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keredhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. " (QS Al Fath: 29).
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا
اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
" Sesungguhnya
orang-orang mukmin adalah bersaudara kerana itu damaikanlah antara kedua
saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat." (QS Al Hujurat: 10).
Maka orang-orang yang beriman adalah bersaudara dalam agama dan aqidah walaupun berjauhan nasab, tempat, dan zaman. Allah berfirman,
وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا
وَلإخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالإيمَانِ وَلا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلا
لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
GHULUW
GHULUW: Penyakit yang Membahayakan Umat
Ghuluw atau sikap yang
berlebih-lebihan dalam agama merupakan penyakit yang sangat berbahaya
dalam sejarah agama-agama samawi (langit). Dengan sebab ghuluw, zaman
yang penuh dengan tauhid berubah menjadi zaman yang penuh kesyirikan.
Zaman yang penuh dengan tauhid kepada Allah berlangsung sejak zaman Nabi
Adam sampai diutusnya Nuh 'alaihis salam sebagaimana yang diriwayatkan
oleh Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhu. (Jami'u al-Bayan juz 2 hal. 194.
Ibnu Katsir menukilkan penshahihan al-Hakim pada Tafsir beliau juz 1
hal. 237)
Sejak zaman Nabi Nuh inilah syirik tumbuh dengan semarak, padahal kita ketahui bahwa syirik itu adalah dosa yang paling besar dalam bermaksiat kepada Allah. Dengan syirik itu pula akan terhapus pahala-pahala, diharamkan pelakunya masuk ke dalam surga dan dia akan kekal di dalam neraka. Dan pada zaman Nabi Nuh inilah awal mula kesyirikan terjadi.
Allah telah menerangkan dalam Kitab-Nya tentang ghuluw (sikap berlebihan di dalam mengagungkan, baik dengan perkataan maupun i'tiqad) kaum Nabi Nuh terhadap orang-orang shalih pendahulu mereka. Tatkala Nabi Nuh menyeru mereka siang dan malam, baik secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi agar mereka hanya menyembah Rabb yang satu saja, dan menerangkan kepada mereka akibat-akibat bagi orang yang menentangnya. Tetapi peringatan tersebut tidaklah membuat mereka takut, bahkan menambah lari mereka dari jalan yang lurus, seraya mereka berkata:
Dan mereka berkata: "Janganlah sekali-kali kalian meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kalian, dan janganlah pula kalian meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan janganlah pula Suwa', Yaghuts, Ya'uq dan Nashr." (Nuh: 23)
Sejak zaman Nabi Nuh inilah syirik tumbuh dengan semarak, padahal kita ketahui bahwa syirik itu adalah dosa yang paling besar dalam bermaksiat kepada Allah. Dengan syirik itu pula akan terhapus pahala-pahala, diharamkan pelakunya masuk ke dalam surga dan dia akan kekal di dalam neraka. Dan pada zaman Nabi Nuh inilah awal mula kesyirikan terjadi.
Allah telah menerangkan dalam Kitab-Nya tentang ghuluw (sikap berlebihan di dalam mengagungkan, baik dengan perkataan maupun i'tiqad) kaum Nabi Nuh terhadap orang-orang shalih pendahulu mereka. Tatkala Nabi Nuh menyeru mereka siang dan malam, baik secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi agar mereka hanya menyembah Rabb yang satu saja, dan menerangkan kepada mereka akibat-akibat bagi orang yang menentangnya. Tetapi peringatan tersebut tidaklah membuat mereka takut, bahkan menambah lari mereka dari jalan yang lurus, seraya mereka berkata:
وَقَالُوا لاَ تَذَرُنَّ ءَالِهَتَكُمْ وَلاَ تَذَرُنَّ وَدًّا وَلاَ سُوَاعًا وَلاَ يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًا. ﴿نوح: ٢۳
Dan mereka berkata: "Janganlah sekali-kali kalian meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kalian, dan janganlah pula kalian meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan janganlah pula Suwa', Yaghuts, Ya'uq dan Nashr." (Nuh: 23)
Di dalam Shahih Bukhari dari Ibnu Abbas
radhiyallahu 'anhu, beliau berkata tentang firman Allah Subhanahu wa
Ta'ala tersebut: "Mereka adalah orang-orang shalih di kalangan kaum Nabi
Nuh, lalu ketika mereka wafat syaithan mewahyukan kepada mereka (kaum
Nabi Nuh) agar meletakkan patung-patung mereka (orang-orang shalih
tersebut) pada majlis-majlis tempat yang biasa mereka duduk dan
memberikan nama patung-patung tersebut dengan nama-nama mereka, maka
mereka pun melaksanakannya, namun pada saat itu belum disembah. Setelah
mereka (generasi pertama tersebut) habis, dan telah terhapus ilmu-ilmu,
barulah patung-patung itu disembah." (lihat Kitab Fathu al-Majid bab "Ma
ja`a Anna Sababa Kufri Bani Adama wa Tarkihim Dienahum Huwal Ghuluw fis
Shalihin")
Sunday, 19 February 2012
Majlis Taaruf Dan Bicara Ad Deen
Sepanjang Majlis Taaruf Dan Bicara Ad Deen Anjuran Pertubuhan Kebajikan Dan Pendidikan Al Munawwarah Melaka
PENGERUSI PERTUBUHAN KEBAJIKAN DAN PENDIDIKAN AL MUNAWWARAH MEMBERI UCAPAN ALUAN SEMPERNA MAJLIS INI
PARA PANELIS BICARA AD DEEN MODERATOR UST HIDAYAT DAN PENELIS UST RASUL DAHRI HAFHIZAHULLAH SERTA UST ISRIS SULAIMAN DARI KEDUTAAN SAUDI
AL FADHIL UST RASUL DAHRI HAFHIZAHULLAH
AL FADHIL UST IDRIS SULAIMAN
Akhir sekali Pertubuhan Kebajikan dan Pendidikan Al Munawwarah mengucapkan Jazakallah Khairon kepada Panelis dan Moderator Bicara Ad Deen , Ahli Jawatan Kuasa Pertubuhan , Penyumbang-penyumbang yang Murah hati serta Muslimeen dan Muslimat yang hadir menjayakan program yang di berkati oleh Allah Subhanahuwata'ala..Insya'allah Program Selanjutnya dalam Perancangan...
Wednesday, 15 February 2012
Subscribe to:
Posts (Atom)