Friday 27 April 2012

MESYUARAT AGUNG KE 3


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

MESYUARAT AGUNG KETIGA

PERTUBUHAN KEBAJIKAN DAN PENDIDIKAN
AL MUNAWWARAH ,NEGERI MELAKA

AKAN DIADAKAN PADA 29/04/2012
AHAD JAM : 2.30 PETANG
BERTEMPAT: DI SEKOLAH RENDAH ISLAM AL MUNAWWARAH
BUKIT PULAU ,DURIAN TUNGGAL
MELAKA.

DIRASMIKAN:
YANG BERBAHAGIA
DR. SULAIMAN NORDIN.

Thursday 5 April 2012

Tauhid Uluhiyah Inti Dakwah Para Nabi Dakwah Salafiyah


Tauhid Uluhiyah Inti Dakwah Para Nabi Dakwah Salafiyah


بسم الله الرحمن الرحيم


Tauhid Uluhiyah

1.         Uluhiyah Adalah Ibadah.

Tauhid uluhiyah adalah mengesakan Allah  dengan perbuatan para hamba berdasarkan niat taqarrub (mendekatkan diri) dgn hal yang disyari’atkan seperti do’a, nazar, qurban, roja’ (pengharapan), takut, tawakkal, raghbah (senang), rahbah (takut), & inabah (kembali/taubat).
Dan jenis tauhid ini adalah inti dakwah para rasul, mulai rasul yang pertama hingga yang terakhir. Allah berfirman,


 وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

 “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): ‘Sembahlah Allah (saja), & jauhilah taghut itu.” (An-Nahl: 36).

Dalam ayat lain, 

“Dan kami tak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya, ‘Bahwasanya tak ada Tuhan (yang haq) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku’.” (Al-Anbiya’: 25)

Setiap rasul selalu melalui dakwahnya dgn perintah tauhid uluhiyah. Sebagaimana yang diucapkan oleh Nabi Nuh, Hud, Shalih, Syu’aib, & lain-lain. Allah  mengisahkan, “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya.” (Al-A’raf: 59, 65, 73, 85). Dan juga kisah Nabi Ibrahim -‘alaihissalam-, “Dan ingatlah Ibrahim, ketika ia berkata kepada kaumnya, ‘Sembahlah olehmu Allah & bertakwalah kepada kepada-Nya’.” (Al-Ankabut: 16)
Dan diwahyukan kepada Nabi Muhammad , 

“Katakanlah, ‘Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dgn memurnikan ketaatan kepada-Nya dlm (menjalankan) agama.” (Az-Zumar: 11)

Rasulullah  sendiri juga bersabda, 

“Saya diperintahkan utk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tiada ilah (sesembahan) yang berhak utk disembah kecuali Allah  dan bahwa Muhammad adalah Rasulullah.” (HR. Bukhari & Muslim)

Kewajiban awal sebagai mukallaf (orang Islam yang telah dikenai beban syari’at) adalah bersaksi laa ilaaha illallah (tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah ), serta mengamalkannya. Allah  berfirman,

 “Maka ketahuilah bahwa tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Allah & mohonlah ampunan bagi dosamu..” (QS.Muhammad: 19)

Dan kewajiban pertama bagi orang yang ingin masuk Islam adalah mengikrarkan dua kalimat syahadat.

Jadi jelaslah bahwa tauhid uluhiyah adalah maksud dari dakwah para rasul. Disebut demikian, karena uluhiyah adalah sifat Allah  yang ditunjukkan oleh nama-Nya, “Allah”, yang ertinya dzul uluhiyah (yang memiliki uluhiyah).
Juga disebut “Tauhid Ibadah”, kerana ‘ubudiyah adalah sifat ‘abd (hamba) yang wajib menyembah Allah  secara ikhlas, kerana ketergantungan mereka kepada-Nya.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan,

 “Ketahuilah, keperluan seorang hamba utk menyembah Allah  tanpa menyekutukan-Nya dgn sesuatu pun, tak memiliki bandingan yang dapat dikiaskan, tetapi dari sebagian segi mirip dgn keperluan jasad kepada makanan & minuman. Akan tetapi diantara keduanya ini terdapat perbezaan mendasar. Kerana hakikat seorang hamba adalah hati & ruhnya, ia tak blh baik kecuali dgn Allah  yang tiada Tuhan (yang wajib disembah) selain-Nya. Ia tak boleh tenang di dunia kecuali dgn mengingat-Nya. Seandainya hamba memperoleh kenikmatan & kesenangan tanpa Allah , maka hal itu tak akan berlangsung lama, tetapi  akan berpindah-pindah dari satu perkara ke perkara yang lain, dari satu orang kepada orang lain. Adapun Tuhannya maka Dia diperlukan setiap saat & setiap waktu, di manapun ia berada maka Dia selalu bersamanya.” (Majmu’ Fatawa, 1/24)

Monday 26 March 2012

Al Wala' Wal Bara' Sebuah I’tiqod

Al Wala' Wal Bara' Sebuah I’tiqod


Termasuk ke dalam pokok Aqidah Ahlussunnah, bahawa seorang muslim wajib berpegang teguh dengan Aqidah ini, memberikan wala' (Ketaatan) kecintaan kepada ahlinya dan memberikan sikap bara'( kebencian) terhadap musuh-musuhnya.

Maka wajib mencintai ahli Tauhid dan ikhlas dan menolong mereka serta membenci ahli syirik dan memusuhinya. Yang demikian itu adalah milahnya (jalan yg ditempuh) Ibrahim 'alaihis salam dan orang-orang yang bersamanya di mana kita diperintah untuk mengikutinya.

Allah berfirman,

قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ إِلا قَوْلَ إِبْرَاهِيمَ لأبِيهِ لأسْتَغْفِرَنَّ لَكَ وَمَا أَمْلِكُ لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ رَبَّنَا عَلَيْكَ تَوَكَّلْنَا وَإِلَيْكَ أَنَبْنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ


"Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: "Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran) mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapanya: "Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatu pun dari kamu (siksaan) Allah". (Ibrahim berkata): "Ya Tuhan kami, hanya kepada Engkaulah kami bertawakal dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali,." (QS Al Mumtahanah: 4).

Sikap ini juga dijelaskankan dalam diennya Muhammad Shalallahu 'alaihi wassalam. Allah berfirman,


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ

 "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpinmu, sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka." (QS Al Maidah: 51).

Dan Allah juga berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا عَدُوِّي وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَاءَ تُلْقُونَ إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ وَقَدْ كَفَرُوا بِمَا جَاءَكُمْ مِنَ الْحَقِّ يُخْرِجُونَ الرَّسُولَ وَإِيَّاكُمْ أَنْ تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ رَبِّكُمْ


 " Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), kerana rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu, mereka mengusir Rasul dan (mengusir) kamu kerana kamu beriman kepada Allah, Tuhanmu.." (QS Al Mumtahanah: 1).

Bahkan Allah telah mengaharamkan kaum muslimin Mencintai dan  kepada orang-orang kafir walaupun mereka kerabat dekatnya. Allah berfirman, 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا آبَاءَكُمْ وَإِخْوَانَكُمْ أَوْلِيَاءَ إِنِ اسْتَحَبُّوا الْكُفْرَ عَلَى الإيمَانِ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu jadikan bapak-bapak dan saudaramu pemimpin-pemimpinmu. Jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka pemimpin-pemimpinmu, maka mereka itulah orang-orang yang zalim." (QS At Taubah: 23).

Allah berfirman,

لا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ

"Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan rasul-Nya sekalipun orang-orang itu bapak-bapaknya atau anak-anaknya atau saudara-saudaranya ataupun keluarganya." (QS Al Mujaadilah: 22).

Sungguh telah banyak dari kaum muslimin yang bodoh akan prinsip yang agung ini, bahkan sebahagian yang menisbatkan dirinya pada ilmu dan da'wah sekalipun! Dengan alasan kemaslahatan agama dan persamaan kemanusiaan serta segudang alasan-alasan lainnya mulai terjerumus untuk menyerukan persamaan dan penyatuan agama, innalillahi wa inna ilaihi roji'un. Perhatikanlah beberapa bahaya yang akan menimpa kaum muslimin dari seruan syaitan ini:

Pertama: menghalalkan persaudaraan dengan Yahudi dan Nashrani.

Kedua: menahan tulisan-tulisannya kaum muslimin dan lisan-lisannya dari mengkafirkan Yahudi dan Nashrani dan yang lainnya yang telah dikafirkan Allah dan rasul-Nya.

Ketiga: menggugurkan hukum-hukum Islam yang diwajibkan atas kaum muslimin di hadapan kaum kafirin dan yang lainnya yang tidak beriman dengan Islam.

Keempat: meninggalkan jihad yang ia sebagai puncak ketinggian Islam.

Kelima: menghancurkan kaidah Islam dan asasnya yakni al Wala' dan al Bara' serta masih banyak lagi yang lainnya.

Oleh kerana itu dengan bahayanya seruan ini bagi Islam dan muslimin, maka Lembaga Fatwa dari kalangan para ulama yang diketuai ketika itu oleh Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz rahimahullah mengeluarkan fatwa no. 19402 pada  25/1/1418 H.
 Yang ringkasan isi, "Sesungguhnya seruan kepada penyatuan agama jika muncul dari seorang muslim maka bererti ia telah murtad dengan kemurtadan yang jelas kerana telah menyesih pokok-pokok Aqidah, redha dengan kekufuran terhadap Allah dan menggugurkan kebenaran Al Quran serta menolak bahwa Al Quran telah menghapus seluruh syariat dan ajaran sebelumnya, berdasarkan atas hal itu maka ia adalah fikrah (pemikiran) tertolak secara syariat, diharamkan secara pasti dengan seluruh dalil-dalil baik Al Quran, Sunnah, mahupun ijma'."

Seperti halnya Allah telah mengharamkan memberikan ketaatan dan kecintaan kepada orang-orang kafir, Allah juga mewajibkan memberikan ketaatandan kecintaan kepada orang-orang mu'min. Allah berfirman,

وَمَنْ يَتَوَلَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَالَّذِينَ آمَنُوا فَإِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْغَالِبُونَ

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَكُمْ هُزُوًا وَلَعِبًا مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَالْكُفَّارَ أَوْلِيَاءَ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ


 "Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman yang mendirikan sholat dan menunaikan zakat seraya mereka tunduk kepada Allah. Dan barangsiapa mengambil Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut agama Allah itulah yang pasti menang." (QS Al Maidah: 55-56).

مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ

" Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keredhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. " (QS Al Fath: 29).

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

 " Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara kerana itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat." (QS Al Hujurat: 10).

Maka orang-orang yang beriman adalah bersaudara dalam agama dan aqidah walaupun berjauhan nasab, tempat, dan zaman. Allah berfirman,

وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالإيمَانِ وَلا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

 "Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang." (QS Al Hasyr: 10).

GHULUW

GHULUW: Penyakit yang Membahayakan Umat


Ghuluw atau sikap yang berlebih-lebihan dalam agama merupakan penyakit yang sangat berbahaya dalam sejarah agama-agama samawi (langit). Dengan sebab ghuluw, zaman yang penuh dengan tauhid berubah menjadi zaman yang penuh kesyirikan. Zaman yang penuh dengan tauhid kepada Allah berlangsung sejak zaman Nabi Adam sampai diutusnya Nuh 'alaihis salam sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhu. (Jami'u al-Bayan juz 2 hal. 194. Ibnu Katsir menukilkan penshahihan al-Hakim pada Tafsir beliau juz 1 hal. 237)
Sejak zaman Nabi Nuh inilah syirik tumbuh dengan semarak, padahal kita ketahui bahwa syirik itu adalah dosa yang paling besar dalam bermaksiat kepada Allah. Dengan syirik itu pula akan terhapus pahala-pahala, diharamkan pelakunya masuk ke dalam surga dan dia akan kekal di dalam neraka. Dan pada zaman Nabi Nuh inilah awal mula kesyirikan terjadi.

Allah telah menerangkan dalam Kitab-Nya tentang ghuluw (sikap berlebihan di dalam mengagungkan, baik dengan perkataan maupun i'tiqad) kaum Nabi Nuh terhadap orang-orang shalih pendahulu mereka. Tatkala Nabi Nuh menyeru mereka siang dan malam, baik secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi agar mereka hanya menyembah Rabb yang satu saja, dan menerangkan kepada mereka akibat-akibat bagi orang yang menentangnya. Tetapi peringatan tersebut tidaklah membuat mereka takut, bahkan menambah lari mereka dari jalan yang lurus, seraya mereka berkata:


وَقَالُوا لاَ تَذَرُنَّ ءَالِهَتَكُمْ وَلاَ تَذَرُنَّ وَدًّا وَلاَ سُوَاعًا وَلاَ يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًا. ﴿نوح: ٢۳


Dan mereka berkata: "Janganlah sekali-kali kalian meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kalian, dan janganlah pula kalian meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan janganlah pula Suwa', Yaghuts, Ya'uq dan Nashr." (Nuh: 23)
Di dalam Shahih Bukhari dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu, beliau berkata tentang firman Allah Subhanahu wa Ta'ala tersebut: "Mereka adalah orang-orang shalih di kalangan kaum Nabi Nuh, lalu ketika mereka wafat syaithan mewahyukan kepada mereka (kaum Nabi Nuh) agar meletakkan patung-patung mereka (orang-orang shalih tersebut) pada majlis-majlis tempat yang biasa mereka duduk dan memberikan nama patung-patung tersebut dengan nama-nama mereka, maka mereka pun melaksanakannya, namun pada saat itu belum disembah. Setelah mereka (generasi pertama tersebut) habis, dan telah terhapus ilmu-ilmu, barulah patung-patung itu disembah." (lihat Kitab Fathu al-Majid bab "Ma ja`a Anna Sababa Kufri Bani Adama wa Tarkihim Dienahum Huwal Ghuluw fis Shalihin")

Sunday 19 February 2012

Majlis Taaruf Dan Bicara Ad Deen

Sepanjang Majlis Taaruf Dan Bicara Ad Deen Anjuran Pertubuhan Kebajikan Dan Pendidikan Al Munawwarah Melaka





PENGERUSI PERTUBUHAN KEBAJIKAN DAN PENDIDIKAN AL MUNAWWARAH MEMBERI UCAPAN ALUAN SEMPERNA MAJLIS INI




PARA PANELIS BICARA AD DEEN MODERATOR UST HIDAYAT DAN PENELIS UST RASUL DAHRI HAFHIZAHULLAH SERTA UST ISRIS SULAIMAN DARI KEDUTAAN SAUDI



AL FADHIL UST RASUL DAHRI HAFHIZAHULLAH



AL FADHIL UST IDRIS SULAIMAN


Akhir sekali Pertubuhan Kebajikan dan Pendidikan Al Munawwarah mengucapkan Jazakallah Khairon kepada Panelis dan Moderator Bicara Ad Deen , Ahli Jawatan Kuasa Pertubuhan , Penyumbang-penyumbang yang Murah hati serta Muslimeen dan Muslimat yang hadir menjayakan program yang di berkati oleh Allah Subhanahuwata'ala..Insya'allah Program Selanjutnya dalam Perancangan...

Wednesday 11 January 2012

Fatwa 8 Ulama Muktabar yang Mengkafirkan Syi'ah Rafidhah


Fatwa 8 Ulama Muktabar yang Mengkafirkan Syi'ah Rafidhah

Oleh: Ahmad 'Isy Karim

Al-Hamdulillah, segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasul yang diutus sebagai rahmat bagi semesta alam, Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya.

Syi'ah termasuk sekte Islam yang sudah berusia ratusan tahun. Sejak abad-abad awal Islam sudah menunjukkan jati dirinya. Namun dalam kurun waktu yang lama tersebut, kebencian mereka kepada pihak-pihak lain tetap eksis. Mereka mencela, mencaci, menfasikkan, dan mengafirkan Abu Bakar, Umar, dan Utsman, dan 'Aisyah. Bahkan mereka menyatakan kekafiran mayoritas sahabat. Selanjutnya mereka mengafirkan dan memusuhi setiap orang yang memuliakan para sahabat di atas. Sehingga dari sini, para ulama Islam menghukumi mereka sudah keluar dari Islam berdasarkan keterangan yang jelas dari Al-Qur'an dan Sunnah tentang keutamaan para sahabat Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam.

Pendapat Tentang Kafirnya Gulungan Syiah

Kami tidak menghakimi. Tugas kami hanya menyampaikan keterangan dan menunjukkan bukti. Dan ternyata didapati, yang berpendapat bahwa Syi'ah itu kafir adalah para Imam-Imam Besar Islam, seperti: Imam Malik, Imam Ahmad, Imam Bukhari dan lain-lain. Berikut ini beberapa pendapat dan fatwa para ulama Islam mengenai golongan Syi'ah Rafidhah yang disebut dengan Itsna Asy'ariyah dan Ja'fariyah.

Pertama: Imam Malik

Al-Khalal meriwayatkan dari Abu Bakar al Marwadzi, ia berkata: "Saya mendengar Abu Abdullah berkata, bahwa Imam Malik berkata:

الذي يشتم أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم ليس لهم اسم أو قال : نصيب في الإسلام

"Orang yang mencela shahabat-shahabat Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, maka ia tidak termasuk dalam golongan Islam." (As Sunnah, milik al-Khalal:  2/557)

Ibnu katsir berkata saat menafsirkan firman Allah Ta'ala:

مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الإنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا

Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan Dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. kamu Lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, Yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya Maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah Dia dan tegak Lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.

Beliau berkata: "Dari ayat ini, dalam satu riwayat dari Imam Malik –rahmat Allah terlimpah kepadanya-, beliau mengambil kesimpulan tentang kekafiran Rafidhah yang membenci para shahabat Radhiyallahu 'Anhum. Beliau berkata: "Karena mereka ini membenci para shahabat, dan barangsiapa membenci para shahabat, maka ia telah kafir berdasarkan ayat ini." Pendapat ini disepakati oleh segolongan ulama radhiyallahu 'anhum." (Tafsir Ibnu Katsir: 4/219)

Imam al-Qurthubi rahimahullah berkata:

لقد أحسن مالك في مقالته وأصاب في تأويله فمن نقص واحداً منهم أو طعن عليه في روايته فقد رد على الله رب العالمين وأبطل شرائع المسلمين

"Sungguh sangat bagus ucapan Imam Malik itu dan benar penafsirannya. Siapa pun yang menghina seorang dari mereka (sahabat Nabi) atau mencela periwayatannya, maka ia telah menentang Allah, Tuhan alam semesta dan membatalkan syari'at kaum Muslimin." (Tafsir al-Qurthubi: 16/297)

Wednesday 4 January 2012

Mengenal Para Ulama Pembaharu dalam Islam


Mengenal Para Ulama Pembaharu dalam Islam



بسم الله الرحمن الرحيم

Dalam sebuah hadith yang shahih dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“إِنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ لِهَذِهِ الأُمَّةِ عَلَى رَأْسِ كُلِّ مِائَةِ سَنَةٍ مَنْ يُجَدِّدُ لَهَا دِينَهَا”

Sesungguhnya Allah akan mengutus (menghadirkan) bagi umat ini (umat Islam) orang yang akan memperbaharui (urusan) agama mereka pada setiap akhir seratus tahun. [1]

Erti “memperbaharui (urusan) agama” adalah menghidupkan kembali dan menyerukan pengamalan ajaran Islam yang bersumber dari petunjuk Al-Quran dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah ditinggalkan manusia, iaitu dengan menyebarkan ilmu yang benar, mengajak manusia kepada tauhid dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta memperingatkan mereka untuk menjauhi perbuatan syirik dan bid’ah. [2]

Perhitungan akhir seratus tahun dalam hadith ini adalah dimulai dari waktu hijrah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Mekkah ke Madinah. [3]

Sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam (yang ertinya), “…Orang yang akan memperbaharui (urusan) agama…,” tidak menunjukkan bahwa mujaddid di setiap akhir seratus tahun hanya satu orang, tapi mungkin saja pada waktu tertentu lebih dari satu orang, sebagaimana yang diterangkan oleh Imam Ibnu Hajar dan para ulama lainnya. [4]

Dalam hal ini, Imam Ahmad bin Hambal berkata, “Sesunguhnya Allah akan menghadirkan bagi umat manusia, pada setiap akhir seratus tahun, orang yang akan mengajarkan kepada mereka sunnah-sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (yang banyak telah ditinggalkan manusia) dan menghilangkan/memberantas kedustaan dari (hadith-hadith) Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam.” [5]

Para ulama telah menyebutkan nama-nama para imam ahlus sunnah yang memenuhi kriteria untuk disebut sebagai mujaddid (pembaharu) dalam Islam, berdasarkan pengamatan mereka terhadap sifat-sifat mulia para imam tersebut.
Dalam tulisan ini, kami akan menyebutkan beberapa di antara para imam tersebut, beserta sekelumit dari biografi mereka.
Pertama, Umar bin Abdil Aziz bin Marwan bin Hakam Al-Qurasyi Al-Umawi Al-Madani
Beliau adalah khalifah yang tersohor dengan keshalihan dan keadilannya, amirul mukminin, imam tabi’in yang mulia, penghafal hadith yang utama dan terpercaya. Lahir pada tahun 64 H dan wafat pada tahun 101 H.
Ibunya adalah cucu sahabat yang mulia Umar bin Khattab radhiallahu ‘anhu, namanya Hafshah bintu ‘Ashim bin Umar bin Khattab. [6]
Beliau diserupakan –dalam keadilan dan kelurusan akhlak– dengan kakek beliau Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, –dalam sifat zuhud– dengan Hasan Al-Bashri, dan –dalam ketinggian ilmu– dengan Imam Az-Zuhri. [7]
Imam Asy-Syafi’i memuji beliau dengan mengatakan, “Al-Khulafa’ Ar-Rasyidun (khalifah-khalifah yang mendapat petunjuk dan bimbingan Allah Subhanahu wa Ta’ala) ada lima orang: Abu Bakar, Umar, Uthman, Ali, dan Umar bin Abdil Aziz.” [8]

Para ulama ahlus sunnah telah bersepakat untuk menobatkan beliau sebagai mujaddid (pembaharu) pertama dalam Islam. [9]

Imam Ahmad bin Hambal berkata, “Sesunguhnya Allah akan menghadirkan bagi umat manusia, pada setiap akhir seratus tahun, orang yang akan mengajarkan kepada mereka sunnah-sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (yang banyak telah ditinggalkan manusia) dan menghilangkan/memberantas kedustaan dari (hadith-hadith) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian, kami melihat (meneliti sejarah), maka (kami dapati pembaharu) pada akhir seratus tahun pertama (hijriyah) adalah Umar bin Abdil Aziz, dan (pembaharu) pada akhir seratus tahun kedua adalah Imam Asy-Syafi’i.” [10]

Kedua, Imam Asy-Syafi’i (Abu Abdillah Muhammad bin Idris bin bin Al-Abbas bin Utsman Al-Muththalibi Al-Qurasyi Al-Makki)

Beliau adalah imam besar dari kalangan atba’ut tabi’in (murid para tabi’in), pembela sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ahli fikih yang ternama, penghafal hadith yang utama dan terpercaya. Lahir pada tahun 150 H dan wafat pada tahun 204 H. Nasab beliau bertemu dengan nasab Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam. [11]
Imam Qutaibah bin Sa’id memuji beliau, dengan mengatakan, “Kematian Imam Syafi’i bererti kematian sunnah Rasulullah.” [12]
Imam Ahmad bin Hambal berkata, “(Kedudukan) Imam Syafi’i (di zamannya) adalah seperti matahari bagi bumi dan sebagai penyelamat bagi umat manusia.” [13]
Para ulama ahlus sunnah juga telah bersepakat untuk menobatkan beliau sebagai mujaddid (pembaharu) kedua dalam Islam. [14]
Imam Ahmad berkata: “…(Pembaharu) pada akhir seratus tahun kedua (hijriyah) adalah Imam Asy-Syafi’i.” [15]
Imam Ibnu Hajar berkata, “Beliau adalah mujaddid (pembaharu) urusan agama Islam pada akhir seratus tahun kedua (hijriyah).” [16]

Ketiga, Hasan Al-Bashri (Abu Sa’id Al-Hasan bin Abil Hasan Yasar Al-Bashri)

Beliau adalah imam besar dari kalangan tabi’in, syekhul Islam, sangat terpercaya dalam meriwayatkan hadith Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lahir pada tahun 22 H dan wafat 110 H. [17]
Beliau pernah disusui oleh Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, isteri Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam, dan pernah didoakan kebaikan oleh Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu agar diberi pemahaman dalam ilmu agama dan dicintai manusia. [18]
Imam Muhammad bin Sa’ad memuji beliau dengan mengatakan, “Beliau adalah seseorang yang berilmu (tinggi), menghimpun (berbagai macam ilmu), tinggi (kedudukannya), sangat terpercaya, sandaran dalam periwayatan hadith, dan ahli ibadah.” [19]
Beliau termasuk ulama yang dinobatkan sebagai salah seorang ulama pembaharu pada akhir seratus tahun pertama (hijriyah). [20]