Tuesday, 20 November 2012
Friday, 19 October 2012
Monday, 9 July 2012
Monday, 30 April 2012
Friday, 27 April 2012
MESYUARAT AGUNG KE 3
السلام
عليكم ورحمة الله وبركاته
MESYUARAT
AGUNG KETIGA
PERTUBUHAN
KEBAJIKAN DAN PENDIDIKAN
AL
MUNAWWARAH ,NEGERI MELAKA
AKAN
DIADAKAN PADA 29/04/2012
AHAD JAM :
2.30 PETANG
BERTEMPAT:
DI SEKOLAH RENDAH ISLAM AL MUNAWWARAH
BUKIT PULAU
,DURIAN TUNGGAL
MELAKA.
DIRASMIKAN:
YANG
BERBAHAGIA
DR.
SULAIMAN NORDIN.
Thursday, 5 April 2012
Tauhid Uluhiyah Inti Dakwah Para Nabi Dakwah Salafiyah
Tauhid Uluhiyah Inti Dakwah Para Nabi Dakwah Salafiyah
بسم
الله الرحمن الرحيم
Tauhid Uluhiyah
1.
Uluhiyah Adalah Ibadah.
Tauhid
uluhiyah adalah mengesakan Allah dengan perbuatan para hamba
berdasarkan niat taqarrub (mendekatkan diri) dgn hal yang disyari’atkan seperti
do’a, nazar, qurban, roja’ (pengharapan), takut, tawakkal, raghbah (senang),
rahbah (takut), & inabah (kembali/taubat).
Dan jenis tauhid
ini adalah inti dakwah para rasul, mulai rasul yang pertama hingga yang
terakhir. Allah berfirman,
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولا أَنِ
اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
“Dan
sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):
‘Sembahlah Allah (saja), & jauhilah taghut itu.” (An-Nahl: 36).
Dalam ayat
lain,
“Dan kami
tak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya,
‘Bahwasanya tak ada Tuhan (yang haq) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu
sekalian akan Aku’.” (Al-Anbiya’:
25)
Setiap rasul
selalu melalui dakwahnya dgn perintah tauhid uluhiyah. Sebagaimana yang
diucapkan oleh Nabi Nuh, Hud, Shalih, Syu’aib, & lain-lain. Allah
mengisahkan, “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan
bagimu selain-Nya.” (Al-A’raf: 59, 65, 73, 85). Dan juga kisah Nabi Ibrahim
-‘alaihissalam-, “Dan ingatlah Ibrahim, ketika ia berkata kepada kaumnya,
‘Sembahlah olehmu Allah & bertakwalah kepada kepada-Nya’.” (Al-Ankabut:
16)
Dan
diwahyukan kepada Nabi Muhammad ,
“Katakanlah,
‘Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dgn memurnikan ketaatan
kepada-Nya dlm (menjalankan) agama.” (Az-Zumar: 11)
Rasulullah
sendiri juga bersabda,
“Saya
diperintahkan utk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tiada ilah
(sesembahan) yang berhak utk disembah kecuali Allah dan bahwa Muhammad
adalah Rasulullah.” (HR.
Bukhari & Muslim)
Kewajiban
awal sebagai mukallaf (orang Islam yang telah dikenai beban syari’at) adalah
bersaksi laa ilaaha illallah (tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali
Allah ), serta mengamalkannya. Allah berfirman,
“Maka
ketahuilah bahwa tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Allah &
mohonlah ampunan bagi dosamu..” (QS.Muhammad: 19)
Dan
kewajiban pertama bagi orang yang ingin masuk Islam adalah mengikrarkan dua
kalimat syahadat.
Jadi
jelaslah bahwa tauhid uluhiyah adalah maksud dari dakwah para rasul. Disebut
demikian, karena uluhiyah adalah sifat Allah yang ditunjukkan oleh
nama-Nya, “Allah”, yang ertinya dzul uluhiyah (yang memiliki uluhiyah).
Juga disebut
“Tauhid Ibadah”, kerana ‘ubudiyah adalah sifat ‘abd (hamba) yang wajib
menyembah Allah secara ikhlas, kerana ketergantungan mereka kepada-Nya.
Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah mengatakan,
“Ketahuilah,
keperluan seorang hamba utk menyembah Allah tanpa menyekutukan-Nya dgn
sesuatu pun, tak memiliki bandingan yang dapat dikiaskan, tetapi dari sebagian
segi mirip dgn keperluan jasad kepada makanan & minuman. Akan tetapi
diantara keduanya ini terdapat perbezaan mendasar. Kerana hakikat seorang hamba
adalah hati & ruhnya, ia tak blh baik kecuali dgn Allah yang tiada
Tuhan (yang wajib disembah) selain-Nya. Ia tak boleh tenang di dunia kecuali
dgn mengingat-Nya. Seandainya hamba memperoleh kenikmatan & kesenangan
tanpa Allah , maka hal itu tak akan berlangsung lama, tetapi akan
berpindah-pindah dari satu perkara ke perkara yang lain, dari satu orang kepada
orang lain. Adapun Tuhannya maka Dia diperlukan setiap saat & setiap waktu,
di manapun ia berada maka Dia selalu bersamanya.” (Majmu’ Fatawa, 1/24)
Monday, 26 March 2012
Al Wala' Wal Bara' Sebuah I’tiqod
Termasuk ke
dalam pokok Aqidah Ahlussunnah, bahawa seorang muslim wajib berpegang teguh
dengan Aqidah ini, memberikan wala' (Ketaatan) kecintaan kepada ahlinya dan memberikan
sikap bara'( kebencian) terhadap musuh-musuhnya.
Maka wajib mencintai ahli Tauhid dan ikhlas dan menolong mereka serta membenci ahli syirik dan memusuhinya. Yang demikian itu adalah milahnya (jalan yg ditempuh) Ibrahim 'alaihis salam dan orang-orang yang bersamanya di mana kita diperintah untuk mengikutinya.
Allah berfirman,
Maka wajib mencintai ahli Tauhid dan ikhlas dan menolong mereka serta membenci ahli syirik dan memusuhinya. Yang demikian itu adalah milahnya (jalan yg ditempuh) Ibrahim 'alaihis salam dan orang-orang yang bersamanya di mana kita diperintah untuk mengikutinya.
Allah berfirman,
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ
مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ
دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ
أَبَدًا حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ إِلا قَوْلَ إِبْرَاهِيمَ لأبِيهِ لأسْتَغْفِرَنَّ
لَكَ وَمَا أَمْلِكُ لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ رَبَّنَا عَلَيْكَ تَوَكَّلْنَا
وَإِلَيْكَ أَنَبْنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ
"Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada
Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada
kaum mereka: "Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu
sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran) mu dan telah nyata antara kami
dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman
kepada Allah saja. Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapanya: "Sesungguhnya
aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatu pun
dari kamu (siksaan) Allah". (Ibrahim berkata): "Ya Tuhan kami, hanya
kepada Engkaulah kami bertawakal dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan
hanya kepada Engkaulah kami kembali,." (QS Al Mumtahanah: 4).
Sikap ini juga dijelaskankan dalam diennya Muhammad Shalallahu 'alaihi wassalam. Allah berfirman,
Sikap ini juga dijelaskankan dalam diennya Muhammad Shalallahu 'alaihi wassalam. Allah berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى
أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ
مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpinmu,
sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di
antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin maka sesungguhnya orang itu
termasuk golongan mereka." (QS Al Maidah: 51).
Dan Allah juga berfirman,
Dan Allah juga berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا عَدُوِّي وَعَدُوَّكُمْ
أَوْلِيَاءَ تُلْقُونَ إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ وَقَدْ كَفَرُوا بِمَا جَاءَكُمْ
مِنَ الْحَقِّ يُخْرِجُونَ الرَّسُولَ وَإِيَّاكُمْ أَنْ تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ رَبِّكُمْ
" Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi
teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad),
kerana rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada
kebenaran yang datang kepadamu, mereka mengusir Rasul dan (mengusir) kamu kerana
kamu beriman kepada Allah, Tuhanmu.." (QS Al Mumtahanah: 1).
Bahkan Allah
telah mengaharamkan kaum muslimin Mencintai dan kepada orang-orang kafir
walaupun mereka kerabat dekatnya. Allah berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا آبَاءَكُمْ وَإِخْوَانَكُمْ
أَوْلِيَاءَ إِنِ اسْتَحَبُّوا الْكُفْرَ عَلَى الإيمَانِ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ
فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
"Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu jadikan bapak-bapak dan saudaramu pemimpin-pemimpinmu.
Jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu
yang menjadikan mereka pemimpin-pemimpinmu, maka mereka itulah orang-orang yang
zalim." (QS At Taubah: 23).
Allah berfirman,
لا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ يُوَادُّونَ
مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ
إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ
"Kamu tidak
akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling
berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan rasul-Nya sekalipun
orang-orang itu bapak-bapaknya atau anak-anaknya atau saudara-saudaranya
ataupun keluarganya." (QS Al Mujaadilah: 22).
Sungguh telah banyak dari kaum muslimin yang bodoh akan prinsip yang agung ini, bahkan sebahagian yang menisbatkan dirinya pada ilmu dan da'wah sekalipun! Dengan alasan kemaslahatan agama dan persamaan kemanusiaan serta segudang alasan-alasan lainnya mulai terjerumus untuk menyerukan persamaan dan penyatuan agama, innalillahi wa inna ilaihi roji'un. Perhatikanlah beberapa bahaya yang akan menimpa kaum muslimin dari seruan syaitan ini:
Sungguh telah banyak dari kaum muslimin yang bodoh akan prinsip yang agung ini, bahkan sebahagian yang menisbatkan dirinya pada ilmu dan da'wah sekalipun! Dengan alasan kemaslahatan agama dan persamaan kemanusiaan serta segudang alasan-alasan lainnya mulai terjerumus untuk menyerukan persamaan dan penyatuan agama, innalillahi wa inna ilaihi roji'un. Perhatikanlah beberapa bahaya yang akan menimpa kaum muslimin dari seruan syaitan ini:
Pertama: menghalalkan persaudaraan dengan Yahudi dan Nashrani.
Kedua: menahan tulisan-tulisannya kaum muslimin dan lisan-lisannya dari mengkafirkan Yahudi dan Nashrani dan yang lainnya yang telah dikafirkan Allah dan rasul-Nya.
Ketiga: menggugurkan hukum-hukum Islam yang diwajibkan atas kaum muslimin di hadapan kaum kafirin dan yang lainnya yang tidak beriman dengan Islam.
Keempat: meninggalkan jihad yang ia sebagai puncak ketinggian Islam.
Kelima: menghancurkan kaidah Islam dan asasnya yakni al Wala' dan al Bara' serta masih banyak lagi yang lainnya.
Oleh kerana itu dengan bahayanya seruan ini bagi Islam dan muslimin, maka Lembaga Fatwa dari kalangan para ulama yang diketuai ketika itu oleh Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz rahimahullah mengeluarkan fatwa no. 19402 pada 25/1/1418 H.
Yang ringkasan isi, "Sesungguhnya seruan
kepada penyatuan agama jika muncul dari seorang muslim maka bererti ia telah
murtad dengan kemurtadan yang jelas kerana telah menyesih pokok-pokok Aqidah,
redha dengan kekufuran terhadap Allah dan menggugurkan kebenaran Al Quran serta
menolak bahwa Al Quran telah menghapus seluruh syariat dan ajaran sebelumnya,
berdasarkan atas hal itu maka ia adalah fikrah (pemikiran) tertolak secara
syariat, diharamkan secara pasti dengan seluruh dalil-dalil baik Al Quran,
Sunnah, mahupun ijma'."
Seperti halnya Allah telah mengharamkan memberikan ketaatan dan kecintaan kepada orang-orang kafir, Allah juga mewajibkan memberikan ketaatandan kecintaan kepada orang-orang mu'min. Allah berfirman,
Seperti halnya Allah telah mengharamkan memberikan ketaatan dan kecintaan kepada orang-orang kafir, Allah juga mewajibkan memberikan ketaatandan kecintaan kepada orang-orang mu'min. Allah berfirman,
وَمَنْ يَتَوَلَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَالَّذِينَ آمَنُوا فَإِنَّ حِزْبَ
اللَّهِ هُمُ الْغَالِبُونَ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا الَّذِينَ اتَّخَذُوا
دِينَكُمْ هُزُوًا وَلَعِبًا مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَالْكُفَّارَ
أَوْلِيَاءَ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
"Sesungguhnya penolong kamu hanyalah
Allah, rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman yang mendirikan sholat dan
menunaikan zakat seraya mereka tunduk kepada Allah. Dan barangsiapa mengambil
Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, maka
sesungguhnya pengikut agama Allah itulah yang pasti menang." (QS Al
Maidah: 55-56).
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ
رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلا مِنَ اللَّهِ
وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ
" Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keredhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. " (QS Al Fath: 29).
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا
اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
" Sesungguhnya
orang-orang mukmin adalah bersaudara kerana itu damaikanlah antara kedua
saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat." (QS Al Hujurat: 10).
Maka orang-orang yang beriman adalah bersaudara dalam agama dan aqidah walaupun berjauhan nasab, tempat, dan zaman. Allah berfirman,
وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا
وَلإخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالإيمَانِ وَلا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلا
لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
GHULUW
GHULUW: Penyakit yang Membahayakan Umat
Ghuluw atau sikap yang
berlebih-lebihan dalam agama merupakan penyakit yang sangat berbahaya
dalam sejarah agama-agama samawi (langit). Dengan sebab ghuluw, zaman
yang penuh dengan tauhid berubah menjadi zaman yang penuh kesyirikan.
Zaman yang penuh dengan tauhid kepada Allah berlangsung sejak zaman Nabi
Adam sampai diutusnya Nuh 'alaihis salam sebagaimana yang diriwayatkan
oleh Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhu. (Jami'u al-Bayan juz 2 hal. 194.
Ibnu Katsir menukilkan penshahihan al-Hakim pada Tafsir beliau juz 1
hal. 237)
Sejak zaman Nabi Nuh inilah syirik tumbuh dengan semarak, padahal kita ketahui bahwa syirik itu adalah dosa yang paling besar dalam bermaksiat kepada Allah. Dengan syirik itu pula akan terhapus pahala-pahala, diharamkan pelakunya masuk ke dalam surga dan dia akan kekal di dalam neraka. Dan pada zaman Nabi Nuh inilah awal mula kesyirikan terjadi.
Allah telah menerangkan dalam Kitab-Nya tentang ghuluw (sikap berlebihan di dalam mengagungkan, baik dengan perkataan maupun i'tiqad) kaum Nabi Nuh terhadap orang-orang shalih pendahulu mereka. Tatkala Nabi Nuh menyeru mereka siang dan malam, baik secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi agar mereka hanya menyembah Rabb yang satu saja, dan menerangkan kepada mereka akibat-akibat bagi orang yang menentangnya. Tetapi peringatan tersebut tidaklah membuat mereka takut, bahkan menambah lari mereka dari jalan yang lurus, seraya mereka berkata:
Dan mereka berkata: "Janganlah sekali-kali kalian meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kalian, dan janganlah pula kalian meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan janganlah pula Suwa', Yaghuts, Ya'uq dan Nashr." (Nuh: 23)
Sejak zaman Nabi Nuh inilah syirik tumbuh dengan semarak, padahal kita ketahui bahwa syirik itu adalah dosa yang paling besar dalam bermaksiat kepada Allah. Dengan syirik itu pula akan terhapus pahala-pahala, diharamkan pelakunya masuk ke dalam surga dan dia akan kekal di dalam neraka. Dan pada zaman Nabi Nuh inilah awal mula kesyirikan terjadi.
Allah telah menerangkan dalam Kitab-Nya tentang ghuluw (sikap berlebihan di dalam mengagungkan, baik dengan perkataan maupun i'tiqad) kaum Nabi Nuh terhadap orang-orang shalih pendahulu mereka. Tatkala Nabi Nuh menyeru mereka siang dan malam, baik secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi agar mereka hanya menyembah Rabb yang satu saja, dan menerangkan kepada mereka akibat-akibat bagi orang yang menentangnya. Tetapi peringatan tersebut tidaklah membuat mereka takut, bahkan menambah lari mereka dari jalan yang lurus, seraya mereka berkata:
وَقَالُوا لاَ تَذَرُنَّ ءَالِهَتَكُمْ وَلاَ تَذَرُنَّ وَدًّا وَلاَ سُوَاعًا وَلاَ يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًا. ﴿نوح: ٢۳
Dan mereka berkata: "Janganlah sekali-kali kalian meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kalian, dan janganlah pula kalian meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan janganlah pula Suwa', Yaghuts, Ya'uq dan Nashr." (Nuh: 23)
Di dalam Shahih Bukhari dari Ibnu Abbas
radhiyallahu 'anhu, beliau berkata tentang firman Allah Subhanahu wa
Ta'ala tersebut: "Mereka adalah orang-orang shalih di kalangan kaum Nabi
Nuh, lalu ketika mereka wafat syaithan mewahyukan kepada mereka (kaum
Nabi Nuh) agar meletakkan patung-patung mereka (orang-orang shalih
tersebut) pada majlis-majlis tempat yang biasa mereka duduk dan
memberikan nama patung-patung tersebut dengan nama-nama mereka, maka
mereka pun melaksanakannya, namun pada saat itu belum disembah. Setelah
mereka (generasi pertama tersebut) habis, dan telah terhapus ilmu-ilmu,
barulah patung-patung itu disembah." (lihat Kitab Fathu al-Majid bab "Ma
ja`a Anna Sababa Kufri Bani Adama wa Tarkihim Dienahum Huwal Ghuluw fis
Shalihin")
Sunday, 19 February 2012
Majlis Taaruf Dan Bicara Ad Deen
Sepanjang Majlis Taaruf Dan Bicara Ad Deen Anjuran Pertubuhan Kebajikan Dan Pendidikan Al Munawwarah Melaka
PENGERUSI PERTUBUHAN KEBAJIKAN DAN PENDIDIKAN AL MUNAWWARAH MEMBERI UCAPAN ALUAN SEMPERNA MAJLIS INI
PARA PANELIS BICARA AD DEEN MODERATOR UST HIDAYAT DAN PENELIS UST RASUL DAHRI HAFHIZAHULLAH SERTA UST ISRIS SULAIMAN DARI KEDUTAAN SAUDI
AL FADHIL UST RASUL DAHRI HAFHIZAHULLAH
AL FADHIL UST IDRIS SULAIMAN
Akhir sekali Pertubuhan Kebajikan dan Pendidikan Al Munawwarah mengucapkan Jazakallah Khairon kepada Panelis dan Moderator Bicara Ad Deen , Ahli Jawatan Kuasa Pertubuhan , Penyumbang-penyumbang yang Murah hati serta Muslimeen dan Muslimat yang hadir menjayakan program yang di berkati oleh Allah Subhanahuwata'ala..Insya'allah Program Selanjutnya dalam Perancangan...
Wednesday, 15 February 2012
Wednesday, 11 January 2012
Fatwa 8 Ulama Muktabar yang Mengkafirkan Syi'ah Rafidhah
Fatwa 8 Ulama Muktabar yang
Mengkafirkan Syi'ah Rafidhah
Oleh: Ahmad 'Isy Karim
Al-Hamdulillah, segala puji
bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasul
yang diutus sebagai rahmat bagi semesta alam, Nabi Muhammad Shallallahu
'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya.
Syi'ah termasuk sekte Islam
yang sudah berusia ratusan tahun. Sejak abad-abad awal Islam sudah menunjukkan
jati dirinya. Namun dalam kurun waktu yang lama tersebut, kebencian mereka
kepada pihak-pihak lain tetap eksis. Mereka mencela, mencaci, menfasikkan, dan
mengafirkan Abu Bakar, Umar, dan Utsman, dan 'Aisyah. Bahkan mereka menyatakan
kekafiran mayoritas sahabat. Selanjutnya mereka mengafirkan dan memusuhi setiap
orang yang memuliakan para sahabat di atas. Sehingga dari sini, para ulama
Islam menghukumi mereka sudah keluar dari Islam berdasarkan keterangan yang
jelas dari Al-Qur'an dan Sunnah tentang keutamaan para sahabat Nabi Shallallahu
'Alaihi Wasallam.
Pendapat Tentang Kafirnya Gulungan Syiah
Kami tidak menghakimi.
Tugas kami hanya menyampaikan keterangan dan menunjukkan bukti. Dan ternyata
didapati, yang berpendapat bahwa Syi'ah itu kafir adalah para Imam-Imam Besar
Islam, seperti: Imam Malik, Imam Ahmad, Imam Bukhari dan lain-lain. Berikut ini
beberapa pendapat dan fatwa para ulama Islam mengenai golongan Syi'ah Rafidhah
yang disebut dengan Itsna Asy'ariyah dan Ja'fariyah.
Pertama: Imam Malik
Al-Khalal meriwayatkan dari
Abu Bakar al Marwadzi, ia berkata: "Saya mendengar Abu Abdullah berkata,
bahwa Imam Malik berkata:
"Orang yang mencela
shahabat-shahabat Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, maka ia tidak termasuk
dalam golongan Islam." (As Sunnah, milik al-Khalal: 2/557)
Ibnu katsir berkata saat
menafsirkan firman Allah Ta'ala:
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى
الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلا
مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ
ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الإنْجِيلِ كَزَرْعٍ
أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ
الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا
وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
" Muhammad itu
adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan Dia adalah keras
terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. kamu Lihat
mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda
mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka
dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, Yaitu seperti tanaman yang
mengeluarkan tunasnya Maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi
besarlah Dia dan tegak Lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati
penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir
(dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala
yang besar."
Beliau berkata: "Dari
ayat ini, dalam satu riwayat dari Imam Malik –rahmat Allah terlimpah
kepadanya-, beliau mengambil kesimpulan tentang kekafiran Rafidhah yang
membenci para shahabat Radhiyallahu 'Anhum. Beliau berkata: "Karena
mereka ini membenci para shahabat, dan barangsiapa membenci para shahabat, maka
ia telah kafir berdasarkan ayat ini." Pendapat ini disepakati oleh
segolongan ulama radhiyallahu 'anhum." (Tafsir Ibnu Katsir:
4/219)
Imam al-Qurthubi rahimahullah berkata:
لقد أحسن مالك في مقالته وأصاب في تأويله فمن نقص واحداً منهم أو طعن
عليه في روايته فقد رد على الله رب العالمين وأبطل شرائع المسلمين
"Sungguh sangat bagus
ucapan Imam Malik itu dan benar penafsirannya. Siapa pun yang menghina seorang
dari mereka (sahabat Nabi) atau mencela periwayatannya, maka ia telah menentang
Allah, Tuhan alam semesta dan membatalkan syari'at kaum Muslimin." (Tafsir
al-Qurthubi: 16/297)
Wednesday, 4 January 2012
Mengenal Para Ulama Pembaharu dalam Islam
Mengenal Para Ulama Pembaharu
dalam Islam
بسم الله الرحمن
الرحيم
Dalam sebuah hadith yang shahih dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“إِنَّ اللَّهَ
يَبْعَثُ لِهَذِهِ الأُمَّةِ عَلَى رَأْسِ كُلِّ مِائَةِ سَنَةٍ مَنْ يُجَدِّدُ لَهَا
دِينَهَا”
“Sesungguhnya Allah akan mengutus
(menghadirkan) bagi umat ini (umat Islam) orang yang akan memperbaharui
(urusan) agama mereka pada setiap akhir seratus tahun.” [1]
Erti
“memperbaharui (urusan) agama” adalah menghidupkan kembali dan menyerukan
pengamalan ajaran Islam yang bersumber dari petunjuk Al-Quran dan Sunnah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah
ditinggalkan manusia, iaitu dengan menyebarkan ilmu yang benar, mengajak
manusia kepada tauhid dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam, serta memperingatkan mereka untuk menjauhi perbuatan syirik dan
bid’ah. [2]
Perhitungan
akhir seratus tahun dalam hadith ini adalah dimulai dari waktu hijrah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Mekkah ke
Madinah. [3]
Sabda
beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam (yang ertinya), “…Orang
yang akan memperbaharui (urusan) agama…,” tidak menunjukkan bahwa mujaddid di
setiap akhir seratus tahun hanya satu orang, tapi mungkin saja pada waktu
tertentu lebih dari satu orang, sebagaimana yang diterangkan oleh Imam Ibnu
Hajar dan para ulama lainnya. [4]
Dalam hal
ini, Imam Ahmad bin Hambal berkata, “Sesunguhnya Allah akan menghadirkan bagi
umat manusia, pada setiap akhir seratus tahun, orang yang akan mengajarkan
kepada mereka sunnah-sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (yang
banyak telah ditinggalkan manusia) dan menghilangkan/memberantas kedustaan dari
(hadith-hadith) Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam.” [5]
Para ulama
telah menyebutkan nama-nama para imam ahlus sunnah yang memenuhi kriteria untuk
disebut sebagai mujaddid (pembaharu) dalam Islam, berdasarkan
pengamatan mereka terhadap sifat-sifat mulia para imam tersebut.
Dalam
tulisan ini, kami akan menyebutkan beberapa di antara para imam tersebut,
beserta sekelumit dari biografi mereka.
Pertama,
Umar bin Abdil Aziz bin Marwan bin Hakam Al-Qurasyi Al-Umawi Al-Madani
Beliau
adalah khalifah yang tersohor dengan keshalihan dan keadilannya, amirul
mukminin, imam tabi’in yang mulia, penghafal hadith yang utama dan terpercaya.
Lahir pada tahun 64 H dan wafat pada tahun 101 H.
Ibunya
adalah cucu sahabat yang mulia Umar bin Khattab radhiallahu ‘anhu,
namanya Hafshah bintu ‘Ashim bin Umar bin Khattab. [6]
Beliau
diserupakan –dalam keadilan dan kelurusan akhlak– dengan kakek beliau Umar bin
Khattab radhiyallahu ‘anhu, –dalam sifat zuhud– dengan Hasan Al-Bashri, dan
–dalam ketinggian ilmu– dengan Imam Az-Zuhri. [7]
Imam
Asy-Syafi’i memuji beliau dengan mengatakan, “Al-Khulafa’ Ar-Rasyidun (khalifah-khalifah
yang mendapat petunjuk dan bimbingan Allah Subhanahu wa Ta’ala) ada
lima orang: Abu Bakar, Umar, Uthman, Ali, dan Umar bin Abdil Aziz.” [8]
Para ulama
ahlus sunnah telah bersepakat untuk menobatkan beliau sebagai mujaddid (pembaharu)
pertama dalam Islam. [9]
Imam Ahmad
bin Hambal berkata, “Sesunguhnya Allah akan menghadirkan bagi umat manusia,
pada setiap akhir seratus tahun, orang yang akan mengajarkan kepada mereka
sunnah-sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (yang
banyak telah ditinggalkan manusia) dan menghilangkan/memberantas kedustaan dari
(hadith-hadith) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian,
kami melihat (meneliti sejarah), maka (kami dapati pembaharu) pada akhir
seratus tahun pertama (hijriyah) adalah Umar bin Abdil Aziz, dan (pembaharu)
pada akhir seratus tahun kedua adalah Imam Asy-Syafi’i.” [10]
Kedua,
Imam Asy-Syafi’i (Abu Abdillah Muhammad bin Idris bin bin Al-Abbas bin Utsman
Al-Muththalibi Al-Qurasyi Al-Makki)
Beliau
adalah imam besar dari kalangan atba’ut tabi’in (murid para tabi’in), pembela
sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ahli fikih yang
ternama, penghafal hadith yang utama dan terpercaya. Lahir pada tahun 150 H dan
wafat pada tahun 204 H. Nasab beliau bertemu dengan nasab Rasulullahshallallahu
‘alaihi wa sallam. [11]
Imam
Qutaibah bin Sa’id memuji beliau, dengan mengatakan, “Kematian Imam Syafi’i
bererti kematian sunnah Rasulullah.” [12]
Imam Ahmad
bin Hambal berkata, “(Kedudukan) Imam Syafi’i (di zamannya) adalah seperti
matahari bagi bumi dan sebagai penyelamat bagi umat manusia.” [13]
Para ulama
ahlus sunnah juga telah bersepakat untuk menobatkan beliau sebagai mujaddid (pembaharu)
kedua dalam Islam. [14]
Imam Ahmad
berkata: “…(Pembaharu) pada akhir seratus tahun kedua (hijriyah) adalah Imam
Asy-Syafi’i.” [15]
Imam Ibnu
Hajar berkata, “Beliau adalah mujaddid (pembaharu) urusan
agama Islam pada akhir seratus tahun kedua (hijriyah).” [16]
Ketiga,
Hasan Al-Bashri (Abu Sa’id Al-Hasan bin Abil Hasan Yasar Al-Bashri)
Beliau
adalah imam besar dari kalangan tabi’in, syekhul Islam, sangat
terpercaya dalam meriwayatkan hadith Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Lahir pada tahun 22 H dan wafat 110 H. [17]
Beliau
pernah disusui oleh Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, isteri
Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam, dan pernah didoakan kebaikan
oleh Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu agar diberi pemahaman
dalam ilmu agama dan dicintai manusia. [18]
Imam
Muhammad bin Sa’ad memuji beliau dengan mengatakan, “Beliau adalah seseorang
yang berilmu (tinggi), menghimpun (berbagai macam ilmu), tinggi (kedudukannya),
sangat terpercaya, sandaran dalam periwayatan hadith, dan ahli ibadah.” [19]
Beliau
termasuk ulama yang dinobatkan sebagai salah seorang ulama pembaharu pada akhir
seratus tahun pertama (hijriyah). [20]
Subscribe to:
Posts (Atom)