Wednesday, 11 January 2012

Fatwa 8 Ulama Muktabar yang Mengkafirkan Syi'ah Rafidhah


Fatwa 8 Ulama Muktabar yang Mengkafirkan Syi'ah Rafidhah

Oleh: Ahmad 'Isy Karim

Al-Hamdulillah, segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasul yang diutus sebagai rahmat bagi semesta alam, Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya.

Syi'ah termasuk sekte Islam yang sudah berusia ratusan tahun. Sejak abad-abad awal Islam sudah menunjukkan jati dirinya. Namun dalam kurun waktu yang lama tersebut, kebencian mereka kepada pihak-pihak lain tetap eksis. Mereka mencela, mencaci, menfasikkan, dan mengafirkan Abu Bakar, Umar, dan Utsman, dan 'Aisyah. Bahkan mereka menyatakan kekafiran mayoritas sahabat. Selanjutnya mereka mengafirkan dan memusuhi setiap orang yang memuliakan para sahabat di atas. Sehingga dari sini, para ulama Islam menghukumi mereka sudah keluar dari Islam berdasarkan keterangan yang jelas dari Al-Qur'an dan Sunnah tentang keutamaan para sahabat Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam.

Pendapat Tentang Kafirnya Gulungan Syiah

Kami tidak menghakimi. Tugas kami hanya menyampaikan keterangan dan menunjukkan bukti. Dan ternyata didapati, yang berpendapat bahwa Syi'ah itu kafir adalah para Imam-Imam Besar Islam, seperti: Imam Malik, Imam Ahmad, Imam Bukhari dan lain-lain. Berikut ini beberapa pendapat dan fatwa para ulama Islam mengenai golongan Syi'ah Rafidhah yang disebut dengan Itsna Asy'ariyah dan Ja'fariyah.

Pertama: Imam Malik

Al-Khalal meriwayatkan dari Abu Bakar al Marwadzi, ia berkata: "Saya mendengar Abu Abdullah berkata, bahwa Imam Malik berkata:

الذي يشتم أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم ليس لهم اسم أو قال : نصيب في الإسلام

"Orang yang mencela shahabat-shahabat Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, maka ia tidak termasuk dalam golongan Islam." (As Sunnah, milik al-Khalal:  2/557)

Ibnu katsir berkata saat menafsirkan firman Allah Ta'ala:

مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الإنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا

Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan Dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. kamu Lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, Yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya Maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah Dia dan tegak Lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.

Beliau berkata: "Dari ayat ini, dalam satu riwayat dari Imam Malik –rahmat Allah terlimpah kepadanya-, beliau mengambil kesimpulan tentang kekafiran Rafidhah yang membenci para shahabat Radhiyallahu 'Anhum. Beliau berkata: "Karena mereka ini membenci para shahabat, dan barangsiapa membenci para shahabat, maka ia telah kafir berdasarkan ayat ini." Pendapat ini disepakati oleh segolongan ulama radhiyallahu 'anhum." (Tafsir Ibnu Katsir: 4/219)

Imam al-Qurthubi rahimahullah berkata:

لقد أحسن مالك في مقالته وأصاب في تأويله فمن نقص واحداً منهم أو طعن عليه في روايته فقد رد على الله رب العالمين وأبطل شرائع المسلمين

"Sungguh sangat bagus ucapan Imam Malik itu dan benar penafsirannya. Siapa pun yang menghina seorang dari mereka (sahabat Nabi) atau mencela periwayatannya, maka ia telah menentang Allah, Tuhan alam semesta dan membatalkan syari'at kaum Muslimin." (Tafsir al-Qurthubi: 16/297)

Wednesday, 4 January 2012

Mengenal Para Ulama Pembaharu dalam Islam


Mengenal Para Ulama Pembaharu dalam Islam



بسم الله الرحمن الرحيم

Dalam sebuah hadith yang shahih dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“إِنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ لِهَذِهِ الأُمَّةِ عَلَى رَأْسِ كُلِّ مِائَةِ سَنَةٍ مَنْ يُجَدِّدُ لَهَا دِينَهَا”

Sesungguhnya Allah akan mengutus (menghadirkan) bagi umat ini (umat Islam) orang yang akan memperbaharui (urusan) agama mereka pada setiap akhir seratus tahun. [1]

Erti “memperbaharui (urusan) agama” adalah menghidupkan kembali dan menyerukan pengamalan ajaran Islam yang bersumber dari petunjuk Al-Quran dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah ditinggalkan manusia, iaitu dengan menyebarkan ilmu yang benar, mengajak manusia kepada tauhid dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta memperingatkan mereka untuk menjauhi perbuatan syirik dan bid’ah. [2]

Perhitungan akhir seratus tahun dalam hadith ini adalah dimulai dari waktu hijrah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Mekkah ke Madinah. [3]

Sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam (yang ertinya), “…Orang yang akan memperbaharui (urusan) agama…,” tidak menunjukkan bahwa mujaddid di setiap akhir seratus tahun hanya satu orang, tapi mungkin saja pada waktu tertentu lebih dari satu orang, sebagaimana yang diterangkan oleh Imam Ibnu Hajar dan para ulama lainnya. [4]

Dalam hal ini, Imam Ahmad bin Hambal berkata, “Sesunguhnya Allah akan menghadirkan bagi umat manusia, pada setiap akhir seratus tahun, orang yang akan mengajarkan kepada mereka sunnah-sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (yang banyak telah ditinggalkan manusia) dan menghilangkan/memberantas kedustaan dari (hadith-hadith) Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam.” [5]

Para ulama telah menyebutkan nama-nama para imam ahlus sunnah yang memenuhi kriteria untuk disebut sebagai mujaddid (pembaharu) dalam Islam, berdasarkan pengamatan mereka terhadap sifat-sifat mulia para imam tersebut.
Dalam tulisan ini, kami akan menyebutkan beberapa di antara para imam tersebut, beserta sekelumit dari biografi mereka.
Pertama, Umar bin Abdil Aziz bin Marwan bin Hakam Al-Qurasyi Al-Umawi Al-Madani
Beliau adalah khalifah yang tersohor dengan keshalihan dan keadilannya, amirul mukminin, imam tabi’in yang mulia, penghafal hadith yang utama dan terpercaya. Lahir pada tahun 64 H dan wafat pada tahun 101 H.
Ibunya adalah cucu sahabat yang mulia Umar bin Khattab radhiallahu ‘anhu, namanya Hafshah bintu ‘Ashim bin Umar bin Khattab. [6]
Beliau diserupakan –dalam keadilan dan kelurusan akhlak– dengan kakek beliau Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, –dalam sifat zuhud– dengan Hasan Al-Bashri, dan –dalam ketinggian ilmu– dengan Imam Az-Zuhri. [7]
Imam Asy-Syafi’i memuji beliau dengan mengatakan, “Al-Khulafa’ Ar-Rasyidun (khalifah-khalifah yang mendapat petunjuk dan bimbingan Allah Subhanahu wa Ta’ala) ada lima orang: Abu Bakar, Umar, Uthman, Ali, dan Umar bin Abdil Aziz.” [8]

Para ulama ahlus sunnah telah bersepakat untuk menobatkan beliau sebagai mujaddid (pembaharu) pertama dalam Islam. [9]

Imam Ahmad bin Hambal berkata, “Sesunguhnya Allah akan menghadirkan bagi umat manusia, pada setiap akhir seratus tahun, orang yang akan mengajarkan kepada mereka sunnah-sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (yang banyak telah ditinggalkan manusia) dan menghilangkan/memberantas kedustaan dari (hadith-hadith) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian, kami melihat (meneliti sejarah), maka (kami dapati pembaharu) pada akhir seratus tahun pertama (hijriyah) adalah Umar bin Abdil Aziz, dan (pembaharu) pada akhir seratus tahun kedua adalah Imam Asy-Syafi’i.” [10]

Kedua, Imam Asy-Syafi’i (Abu Abdillah Muhammad bin Idris bin bin Al-Abbas bin Utsman Al-Muththalibi Al-Qurasyi Al-Makki)

Beliau adalah imam besar dari kalangan atba’ut tabi’in (murid para tabi’in), pembela sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ahli fikih yang ternama, penghafal hadith yang utama dan terpercaya. Lahir pada tahun 150 H dan wafat pada tahun 204 H. Nasab beliau bertemu dengan nasab Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam. [11]
Imam Qutaibah bin Sa’id memuji beliau, dengan mengatakan, “Kematian Imam Syafi’i bererti kematian sunnah Rasulullah.” [12]
Imam Ahmad bin Hambal berkata, “(Kedudukan) Imam Syafi’i (di zamannya) adalah seperti matahari bagi bumi dan sebagai penyelamat bagi umat manusia.” [13]
Para ulama ahlus sunnah juga telah bersepakat untuk menobatkan beliau sebagai mujaddid (pembaharu) kedua dalam Islam. [14]
Imam Ahmad berkata: “…(Pembaharu) pada akhir seratus tahun kedua (hijriyah) adalah Imam Asy-Syafi’i.” [15]
Imam Ibnu Hajar berkata, “Beliau adalah mujaddid (pembaharu) urusan agama Islam pada akhir seratus tahun kedua (hijriyah).” [16]

Ketiga, Hasan Al-Bashri (Abu Sa’id Al-Hasan bin Abil Hasan Yasar Al-Bashri)

Beliau adalah imam besar dari kalangan tabi’in, syekhul Islam, sangat terpercaya dalam meriwayatkan hadith Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lahir pada tahun 22 H dan wafat 110 H. [17]
Beliau pernah disusui oleh Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, isteri Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam, dan pernah didoakan kebaikan oleh Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu agar diberi pemahaman dalam ilmu agama dan dicintai manusia. [18]
Imam Muhammad bin Sa’ad memuji beliau dengan mengatakan, “Beliau adalah seseorang yang berilmu (tinggi), menghimpun (berbagai macam ilmu), tinggi (kedudukannya), sangat terpercaya, sandaran dalam periwayatan hadith, dan ahli ibadah.” [19]
Beliau termasuk ulama yang dinobatkan sebagai salah seorang ulama pembaharu pada akhir seratus tahun pertama (hijriyah). [20]