Friday, 27 May 2011

لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ َوبَرَكَاتُهُ
إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ ، وَنَعُوْذُ باِللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيْئَاِتِ أَعْمَالِلنَا , مَنْ يَهْدِهِ اللهِ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ . وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله   
LAA ILLAAHA ILLALLAH  DAN MEMAHAMI MAKNA NYA

Umat manusia dijadikan berfitrah untuk percaya ada nya sesuatu Yang Menjadikanya dan Berkuasa Terhadapnya . Oleh kerana itu segala sesuatu yang di jadikan sesembahan oleh manusia, baik itu berupa berhala-berhala atau patung-patung, pepohonan, batu-batuan atau kuburan-kuburan yang di anggap berkeramat, jin-jin dan syaitan, atau orang-orang soleh yang telah mati yang menyerupai para Nabi atau para Wali, maka itu semua adalah sesembahan yang batil (salah). Adalah menjadi kewajiban bagi setiap muslim untuk memahami apa makna (pengertian) kalimah Laa ilaaha illallah yang benar itu, juga memahami rukun-rukunnya dan  pengertiannya(tanggung jawab moral) mereka yang mengucapkan atau mengikrarkan kalimah tersebut. Bila kita ditanya apakah makna kalimah Laa ilaaha illallah itu, maka jawablah dengan tegas “Tidak ada yang berhak di sembah kecuali Allah” atau “ Tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah “.
Jadi, segala sesuatu yang di jadikan sesembahan oleh manusia, baik itu berupa berhala-berhala atau patung-patung, pepohonan, batu-batuan atau kuburan-kuburan yang di anggap keramat, jin-jin dan syaitan, atau orang-orang soleh yang telah mati yang menyerupai para Nabi atau para Wali, maka itu semua adalah sesembahan yang batil (salah). Allah Subhanahu wa Ta’ala menegaskan dalam firman Nya :

ذَٰلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِن دُونِهِ هُوَ الْبَاطِلُ وَأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ

(Kuasa Allah) yang demikian itu, adalah kerana sesungguhnya Allah, Dialah (Tuhan) Yang Haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah, itulah yang batil, dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.    Al Hajj : 62

Firman Allah subhanahuwata'ala

إِنَّمَا تَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللَّهِ أَوْثَانًا وَتَخْلُقُونَ إِفْكًا ۚ إِنَّ الَّذِينَ تَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللَّهِ لَا يَمْلِكُونَ لَكُمْ رِزْقًا فَابْتَغُوا عِندَ اللَّهِ الرِّزْقَ وَاعْبُدُوهُ وَاشْكُرُوا لَهُ ۖ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ

" Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu adalah berhala, dan kamu membuat dusta. Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezeki kepadamu; maka mintalah rezeki itu di sisi Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-Nya-lah kamu akan dikembalikan."
Al 'Ankabut : 17

Dan Allah Ta’ala juga berfirman :
 فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوَاكُمْ

“Maka ketahuilah, sesungguhnya tidak ada yang berhak di sembah kecuali Allah “(QS. Muhammad : 19).

Syeikh Sholeh Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan hafizhahullah menjelaskan bahwa makna kalimah tersebut secara global adalah “Tidak ada sesembahan yang haq (benar) selain Allah !” Hal ini kerana khabar “Laa” dalam kalimat Laa ilaaha illallah harus di takdirkan dengan “Bi haqqin” (Yang haq), tidak boleh hanya di takdirkan dengan “Maujuudun” (Ada). Kerana kalau hanya ditafsirkan dengan “Tidak ada sesembahan lain selain Allah”, hal ini menyalahi kenyataan yang ada, kerana kenyataannya justru tuhan-tuhan selain Allah yang di sembah oleh manusia itu banyak sekali. Hal itu juga akan mengandung erti bahwa menyembah tuhan-tuhan tersebut adalah beribadah juga untuk Allah, hal ini tentu merupakan kebatilan yang nyata . Kemudian, kalimat Laa ilaaha illallah itu ternyata telah di tafsirkan dengan beberapa penafsiran yang batil di antaranya :

Pertama : Laa ilaaha illallah di ertikan dengan “Tidak ada Tuhan selain Allah”. Ini adalah penafsiran yang batil, kerana hal itu mengandung pengertian : Sesungguhnya setiap yang di sembah atau di ibadahi, baik yang haq atau yang batil,seolah kaitannya  adalah Allah. Tentu hal ini tidak boleh kita kompromi.

Kedua : Laa ilaaha illallah di ertikan dengan “Tidak ada pencipta selain Allah”. Sesungguhnya ini adalah sebahagian saja dari erti kalimat laa ilaaha illallah tersebut. Akan tetapi bukan ini yang di maksud, kerana erti ini hanya mengakui Tauhid Rububiyyah saja, dan perkara ini belum memadai.

Ketiga : Laa ilaaha illallah di ertikan dengan “Tidak ada Hakim (Penentu Hukum) selain Allah”. Ini juga sebahagian saja dari makna kalimat Laa ilaaha illallah, tetapi bukan itu yang di maksud, kerana makna tersebut masih belum juga memadai.

Jadi semua tafsiran di katakana seperti diatas adalah batil atau tidak sempurna. Sedangkan tafsir ( penjelasan makna ) yang benar menurut para ulama salaf dan para Muhaqqiq (Ulama peneliti) adalah “Laa Ma’budu bii haqqin illallah” (Tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah atau Tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Allah)

Kemudian, jika ditanya juga tentang apa Rukun Laa ilaaha illallah itu ? Maka jawablah dengan tegas : Laa ilaaha illallah itu mempunyai dua rukun :

Pertama : An-Nafyu (peniadaan / meniadaan), iaitu meniadakan atau meninggalkan seluruh bentuk sesembahan yang di agungkan dan di puja oleh umat manusia selain Allah. Hal ini tercermin dalam lafadz “Laa ilaaha” (Tidak ada sesembahan yang benar),

Kedua : Al-Istbaat (Menetapkan), iaitu menetapkan dengan penuh keyakinan bahwa satu- satunya yang berhak di ibadahi atau di sembah hanyalah Allah Subhanahu wa Ta’ala, tidak ada sekutu bagi-Nya. Hal ini tercermin dalam lafaz “illallah” (kecuali Allah).

Dua rukun tersebut diatas, banyak di sebut-sebut dalam Al-Qur’an, sebagaimana firman Allah Ta’ala :

لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ ۖ قَد تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ ۚ فَمَن يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِن بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَىٰ لَا انفِصَامَ لَهَا ۗ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

 “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas mana jalan yang benar dan mana jalan yang sesat. Kerana itu barang siapa ingkar kepada thoghut (yakni syaitan atau apa saja yang di sembah selain Allah) dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat (yakni kalimat Laa ilaaha illallah) yang tidak akan putus, dan Allah Maha Mendengar lagi Maha mengetahui. “(QS. Al-Baqarah : 256).

Dalam ayat tersebut diatas, firman Allah yang berbunyi “Barang siapa ingkar kepada thoghut” ini adalah makna dari “Laa ilaaha”, sebagai rukun yang pertama. Sedangkan firman Allah “Dan beriman kepada Allah”, ini adalah makna dari “illallah”, sebagai rukun yang kedua.
Contoh lainnya adalah seperti dalam ucapan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam yang diabadikan dalam firman Allah :

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِ إِنَّنِي بَرَاءٌ مِّمَّا تَعْبُدُونَ ﴿٢٦﴾ إِلَّا الَّذِي فَطَرَنِي فَإِنَّهُ سَيَهْدِينِ

 “…….sesungguhnya aku berlepas diri terhadap apa yang kalian sembah, tetapi (aku hanya menyembah) kepada Tuhan yang menjadikanku, kerana sesungguhnya Dia yang memberi hidayah kepadaku.” (QS. Az-Zuhruf : 26-27).

Dalam ayat tersebut, firman Allah yang berbunyi “Sesungguhnya aku berlepas diri”, ini adalah makna An-Nafyu (peniadaan), sebagai rukun yang pertama. Sedangkan firman Allah “Tetapi (aku hanyalah menyembah) Tuhan yang menjadikanku”, ini adalah makna Al-Istbaat (penetapan), sebagai rukun yang kedua .
Kemudian, apa kelansungan (tanggung jawab moral) bagi orang yang mengucapkan kalimat tersebut ?

Jawabannya pasti, iaitu wajib baginya untuk meninggalkan semua bentuk peribadatan kepada selain Allah, dan hanya beribadah secara murni kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala saja.

Syeikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah menyatakan :
“Dengan demikian jelaslah, bahwa mengucapkan Laa ilaaha illallah itu haruslah yakin dengan kewajiban ibadah yang hanya di tujukan kepada Allah Ta’ala saja, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan mengikrarkannya baik secara lisan mahupun keyakinan. Disamping keharusan ibadah kepada Allah saja, tunduk dan taat kepada-Nya juga harus bara’ ( berlepas diri ) kepada selain-Nya dalam hal ibadah, ketaatan dan kepatuhan”

Walhasil, orang yang telah mengikrarkan kalimat Laa ilaaha illallah, dia adalah orang yang mantap ibadahnya kepada Allah, tidak punya keinginan sedikitpun untuk beribadah kepada selain- Nya. Dan orang seperti ini, akan di jamin masuk syurganya Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :

فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنِّي رَسُولُ اللَّهِ لَا يَلْقَى اللَّهَ بِهِمَا عَبْدٌ غَيْرَ شَاكٍّ فَيُحْجَبَ عَنْ الْجَنَّةِ

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kemudian bersabda:
"Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak untuk disembah selain Allah dan aku ada utusan Allah, tidaklah seorang hamba berjumpa dengan Allah, ia tidak ragu dengan kalimat tersebut kemudian terhalang untuk masuk syurga."  Hr Muslim


Sahabat  ku Se Islam yang dikasehi, semoga kita semua di jadikan-Nya termasuk orang-orang yang di sabdakan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana hadith tersebut diatas.

Wallahu a'lam

Rujukan :At-Tauhid, lish Shoffil Awwal Al-‘Aliyya, karya syeikh Dr. Sholeh Fauzan

No comments:

Post a Comment