Monday, 20 June 2011

Ciri-Ciri Neo-Khawarij




الحمد لله رب العالمين، و العاقبة للمتقين
أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له
و أشهد أن مجمدا عبده و رسوله،
صلى الله عليه و على آله و صحبه و سلم. أما بعد


Ciri-Ciri Neo-Khawarij dari Keterangan dan Fatwa Ulama Masa Kini

Dari shahabat ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: “Aku mendengar Rasulullah sahallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

سيخرج في آخر الزمان قوم أحداث الأسنان، سفهاء الأحلام، يقولون من خير قول البرية، يقرأون القرآن لا يجاوز حناجرهم، يمرقون من الدين كما يمرق السهم من الرمية، فإذا لقيتموهم فاقتلوهم فإن في قتلهم أجراً لمن قتلهم عند الله يوم القيامة.

“Akan keluar pada akhir zaman nanti sekelompok orang yang mereka masih muda-muda umurnya dan pendek akalnya. Mereka mengatakan sebaik-baik perkataan manusia. Mereka membaca Al-Quran, (akan tetapi) tidak melewati kerongkongan mereka. Mereka melesat keluar dari batas-batas agama ini seperti melesatnya anak panah keluar dari tubuh buruannya. Maka apabila kalian mendapati mereka perangilah mereka kerana sesungguhnya orang-orang yang memerangi mereka akan mendapat pahala di sisi Allah pada hari kiamat.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Kaum Khawarij tidak diketahui oleh kebanyakan manusia kerana ahlul bid’ah dengan ciri-ciri mereka yang umum tidak mampu dibezakan oleh kebanyakan manusia kecuali jika mereka (kaum Khawarij tersebut) mempunyai kekuasaan dan kekuatan atau hidup mereka terpisah dengan orang-orang yang menyelisihinya[1]. Syaikhul Islam berkata di dalam Kitab An-Nubuwat (I/139):

“Dan begitulah Khawarij ketika mereka menjadi kelompok yang suka mengangkat senjata dan berperang, maka tampaklah penyelisihan mereka terhadap jama’ah kaum muslimin manakala mereka benar-benar memerangi umat Islam. Adapun pada masa sekarang, kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.”

Kaum Khawarij memiliki ciri-ciri yang boleh dikenali, akan tetapi sebaiknya perlu diketahui bahwa sebahagian dari ciri-ciri tersebut diketahui setelah adanya upaya penelitian terlebih dahulu dan merujuk kepada perkataan ulama, dan tidak diharuskan pada setiap ciri yang disebutkan, mereka pasti mengakuinya. Syaikhul Islam berkata sebagaimana dalam Majmu’ Al-Fatawa (XIII/49):

“Dan pemikiran Khawarij sesungguhnya kita boleh mengetahuinya dari menukil ucapan manusia tentang mereka, dan kita tidak boleh mencukupkan dengan kitab yang ditulis tentang Khawarij tersebut.”

Bahkan seorang peneliti akan mendapatkan bahwasanya Khawarij di masa-masa terdahulu yang telah disepakati atas kesesatannya, terkadang menyulitkan manusia di zamannya (untuk mengenali) sesuatu (pemikiran) yang mereka ada-adakan, lalu bagaimana dengan orang-orang yang menampakkan dan menisbahkan diri mereka kepada sunnah pada masa sekarang, padahal mereka adalah Khawarij, disedari ataupun tidak.

Ciri-Ciri Neo-Khawarij dari Keterangan dan Fatwa Ulama Masa Kini (lanjutan)
Saudaraku yang mulia, berikut sebagian ciri mereka sebagaimana yang telah difatwakan ulama masa kini:
1.      Berprinsip khuruj (menentang) pemerintah yang sah, tidak mahu mendengar dan taat kepada mereka dalam hal kebaikan.

Samahatul Imam ‘Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullah pernah ditanya:
“Sebahagian saudara-saudara kita -semoga Allah memberikan hidayah kepada mereka- tidak meyakini tentang wajibnya berbai’at kepada pemerintah yang sah di negara ini, bagaimana nasihat anda?”

Beliau rahimahullah menjawab:

“Kami menasihatkan kepada semuanya untuk tunduk, mendengar, dan taat -sebagaimana yang telah lalu- dan mewaspadai dari sikap (usaha) untuk memecah belah persatuan dan keluar dari ketaatan, serta menentang pemerintah yang sah, karena ini merupakan bentuk kemungkaran yang besar. Inilah prinsip kaum Khawarij. Dan prinsip Khawarij ini merupakan prinsip beragamanya orang-orang Mu’tazilah. Keluar dari ketaatan kepada pemerintah yang sah serta tidak mahu mendengar dan taat kepada mereka dalam hal-hal yang bukan maksiat adalah suatu kesalahan yang besar dan menyelisihi perintah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan untuk mendengar dan taat dalam hal yang ma’ruf (baik), beliau bersabda:

من رأى من أميرة شيئا من معصية الله فليكره ما يأتي من معصية الله ولا ينزعن يداً من طاعة.

“Barangsiapa yang melihat pada diri pemimpinnya suatu perbuatan maksiat kepada Allah, maka bencilah perbuatan maksiatnya kepada Allah tersebut, dan jangan menarik ketaatan kepadanya.”
Dan beliau juga bersabda:

من أتاكم وأمركم جميع يريد أن يريد أن يشق عصاكم ويفرق جماعتكم فاضربوا عنقه.

“Jika ada seseorang yang datang kepada kalian, sementara kalian dalam keadaan bersatu dalam suatu kepemimpinan, dan dia menginginkan untuk memecah belah persatuan kalian, maka penggallah leher orang itu.”

Sehingga tidak boleh bagi seorang pun untuk memecah belah persatuan dan menentang pemerintah yang sah atau mengajak kepada itu semua, kerana ini merupakan salah satu bentuk kemungkaran yang terbesar dan termasuk sebab terbesar timbulnya fitnah dan permusuhan. Orang yang menyeru kepada perkara ini -yakni prinsip beragamanya Khawarij dan perpecahan jama’ah muslimin- hukumannya adalah dibunuh[1] karena dia telah memecah belah persatuan dan menceraiberaikan jama’ah kaum muslimin. Maka wajib untuk mewaspadai sikap dan pemikiran seperti ini dengan kewaspadaan yang maksimum. Dan wajib bagi pemerintah jika mengetahui seseorang yang mengajak kepada pemahaman Khawarij ini untuk menangkap dan menghukumnya agar tidak timbul fitnah.”

[Diambil dari kaset dengan judul “Hukum Bagi Pembawa Pemahaman Sesat ke Negari Al-Haramain]

Beliau (Asy-Syaikh bin Baz) rahimahullah juga berkata:

Dan negara ini (yakni Saudi Arabia) alhamdulillah tidak ada padanya sesuatu yang boleh dijadikan alasan (bagi rakyatnya) untuk keluar dari ketaatan kepada pemerintahnya. Dan sesungguhnya yang membolehkan untuk keluar dan menentang pemerintah disebabkan kemaksiatan yang mereka perbuat hanyalah kaum Khawarij yang mereka itu mengkafirkan kaum muslimin kerana dosa-dosa yang mereka lakukan, dan mereka pun memerangi orang Islam dan membiarkan para penyembah berhala. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda tentang mereka:

يمرقون من الدين كما يمرق السهم من الرمية.

“Mereka keluar dari batas-batas agama ini sebagaimana keluarnya anak panah yang melesat menembus tubuh buruannya.”
Dan beliau juga bersabda:

أينما لقيتموهم فاقتلوهم فإن في قتلهم أجراً لمن قتلهم عند الله يوم القيامة.

“Di manapun kalian mendapati mereka, maka perangilah mereka, kerana sesungguhnya orang-orang yang memerangi mereka akan mendapat pahala di sisi Allah pada hari kiamat.” [Muttafaqun ‘Alaihi]

Dan hadith-hadith yang menyebutkan tentang mereka sangat banyak dan telah diketahui.
 [Majmu’ Fatawa Samahatisy Syaikh bin Baz (IV/91)]

Muhadditsul ‘Ashr Al-Imam Al-Albani rahimahullahu ta’ala ketika menjelaskan tentang hadith:

بايعنا رسول الله صلى الله عليه وسلم على السمع والطاعة.

“Kami telah berbai’at kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk selalu mendengar dan taat kepada pemimpin.”

… setelah membantah kaum Khawarij, beliau berkata:

“Dan yang dimaksud adalah bahwasanya mereka (kaum Khawarij) telah menghidupkan sunnah (memberikan contoh dalam agama ini) dengan contoh yang buruk dan menjadikan sikap menentang (keluar dari ketaatan) terhadap pemerintah kaum muslimin sebagai prinsip beragama sepanjang zaman. Telah datang peringatan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang kejelekan mereka dalam hadith-hadithnya yang banyak, di antaranya adalah sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam:

الخوارج كلاب النار.

“Kaum Khawarij adalah anjing-anjing neraka.”

Mereka (kaum Khawarij) tidak melihat pada diri pemimpin kaum muslimin kekufuran yang nyata, akan tetapi mereka hanya melihat yang lebih ringan dari itu berupa perbuatan zhalim, fujur, dan kefasikan.
Dan pada masa kini -sejarah akan kembali terulang sebagaimana yang dikatakan-, telah tumbuh di kalangan sebagian pemuda muslim yang belum memahami agama ini kecuali hanya sedikit saja tentang pemahaman bahwasanya pemerintah tidak berhukum dengan hukum yang telah diturunkan oleh Allah kecuali hanya sedikit saja. Kemudian mereka memandang perlunya keluar dari ketaatan terhadap pemerintah tanpa bermusyawarah (meminta bimbingan) terlebih dahulu dengan ahlul ‘ilmi wal fiqhi wal hikmah di antara mereka, bahkan mereka penuhi kepala-kepala mereka dengan fitnah yang membutakan mata hati, mereka tumpahkan darah di negeri Mesir, Syria, dan Aljazair, yang sebelum itu mereka juga kobarkan fitnah di Al-Haram Al-Makki. Sehingga dengan perbuatan yang mereka lakukan ini, mereka telah menyelisihi hadith shahih yang telah diamalkan oleh kaum muslimin sejak zaman dahulu hingga sekarang kecuali kaum Khawarij.” [Lihat As-Silsilah Ash-Shaihah (VII/bagian ke-2, hal. 1240-1243)]

[1] Dan tentunya yang melakukan adalah pemerintah muslimin, bukan orang per orang sebagaimana yang masyhur dalam manhaj ahlussunnah.



Ciri-Ciri Neo-Khawarij dari Keterangan dan Fatwa Ulama Masa Kini (lanjutan)
2. Mengkafirkan pelaku dosa besar

Al-Imam ‘Abdul ‘Aziz bin Baz pernah ditanya:
“Kita tahu bahwasanya pernyataan ini merupakan salah satu di antara prinsip-prinsip dasar Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, akan tetapi -yang amat disayangkan- di sana ada dari kalangan anak-anak Ahlus Sunnah Wal Jama’ah yang memandang ini adalah suatu pemikiran yang bisa memecah belah persatuan, ….. dan pernyataan ini pun telah diserukan. Oleh kerananya, mereka mengajak para pemuda untuk melakukan perubahan dengan cara kekerasan.”
Beliau menjawab:

“Ini adalah kekeliruan orang yang mengatakannya, dan menunjukkan kurangnya pemahaman dia, kerana sesungguhnya mereka tidak memahami as-sunnah dan tidak mengetahuinya sebagaimana mestinya. Sesungguhnya yang mendorong sikap mereka yang seperti ini adalah semangat dan kecemburuan yang tinggi untuk menghilangkan kemungkaran yang terjadi disebabkan penyelisihan terhadap syari’at namun tanpa didasari dengan bimbingan ilmu yang benar sebagaimana yang menimpa kaum Khawarij dan Mu’tazilah.

Kecintaan kepada al-haq dan kecemburuan terhadapnya juga telah membawa mereka untuk terjatuh kepada kebatilan sehingga sampai mengkafirkan kaum muslimin hanya disebabkan perbuatan maksiat yang mereka kerjakan, sebagaimana ini yang dilakukan oleh kaum Khawarij. Atau menyatakan mereka (kaum muslimin) akan kekal di dalam neraka disebabkan perbuatan maksiat yang mereka lakukan, sebagaimana ini yang dilakukan oleh kaum Mu’tazilah.
Khawarij mengkafirkan kaum muslimin disebabkan maksiat yang mereka lakukan dan menyatakan mereka akan kekal di dalam neraka. Adapun Mu’tazilah sepakat dengan mereka (kaum Khawaraij) dalam hal di mana tempat kembalinya pelaku maksiat, yakni bahwasanya mereka kekal di dalam neraka. Hanya saja mereka (Mu’tazilah) mengatakan bahawa pelaku maksiat selama di dunia ini berada dalam manzilah bainal manzilatain (suatu keadaan di antara dua keadaan, yakni suatu keadaan antara muslim dan kafir). dan ini semua adalah pemikiran yang sesat.

Dan yang menjadi keyakinan Ahlus sunnah -dan inilah yang benar- adalah bahwa pelaku kemaksiatan tidaklah dikafirkan disebabkan maksiat yang dia kerjakan selama dia belum berkeyakinan halalnya maksiat tersebut. Jika dia berzina, maka dia tidak dikafirkan, begitu pula jika dia mencuri atau meminum minuman keras, maka tidak dikafirkan, akan tetapi dia adalah termasuk pelaku maksiat yang lemah imannya, dan orang fasik yang harus ditegakkan padanya hukum hadd. Dan dia tidak dikafirkan disebabkan perbuatan-perbuatan tersebut kecuali jika dia menganggap halalnya perbuatan maksiat tadi dan mengatakan: ’sesungguhnya perbuatan-perbuatan maksiat tersebut halal hukumnya’.

Apa yang diyakini oleh Khawarij adalah batil dan pengkafiran mereka terhadap manusia adalah perbuatan batil pula, oleh karena itu Nabi bersabda tentang mereka (kaum Khawarij):

إنهم يمرقون من الدين مروق السهم من الرميه ثم لا يعودون إليه يقاتلون أهل الإسلام ويدعون أهل الأوثان.

“Sesungguhnya mereka keluar dari batas-batas agama sebagaimana melesatnya anak panah menembus tubuh buruannya kemudian tidak kembali padanya, mereka memerangi orang Islam dan membiarkan penyembah berhala.”

Ini adalah keadaan Khawarij disebabkan sikap mereka yang berlebihan, kebodohan, dan kesesatan mereka. Sehingga tidak layak bagi seorang pemuda dan yang selainnya untuk mengikuti jejak Khawarij dan Mu’tazilah ini, bahkan wajib atas mereka untuk berjalan di atas madzhab Ahlus Sunnah Wal Jama’ah berdasarkan dalil-dalil yang syar’i, dan tunduk kepada dalil-dalil sebagaimana yang datang padanya.
Dan tidak boleh bagi mereka (para pemuda) untuk keluar dari ketaatan kepada pemerintah disebabkan maksiat yang mereka kerjakan, bahkan yang wajib atas mereka adalah menyampaikan nasihat melalui surat maupun berdialog langsung dengan cara yang baik dan penuh hikmah, atau dengan perdebatan dengan cara yang baik pula sampai tercapai tujuan yang diinginkan, sehingga keburukan yang ada padanya boleh dihilangkan atau bahkan hilang sama sekali dan kebaikan padanya akan semakin bertambah.
Demikianlah sebagaimana telah datang dalil-dalil tentang diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Allah ‘azza wajalla berfirman:

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ.

“Maka dengan Rahmat Allah lah engkau boleh berlaku lemah lembut terhadap mereka dan seandainya engkau berlaku keras dan kasar terhadap mereka tentulah mereka akan menjauhkan diri darimu.” (Ali ‘Imran: 159)

Maka yang wajib bagi orang yang ingin mengubah kemungkaran kerana Allah dan bagi orang yang mengajak kepada petunjuk yang benar, agar selalu berpegang teguh dengan batas-batas syar’i, selalu menasehati para penguasanya dengan perkataan yang baik dan penuh hikmah, serta dengan cara/metode yang baik sehingga bertambahlah kebaikan padanya dan terkurangilah keburukan darinya, bertambah pula orang-orang yang mengajak kepada kebaikan (da’i ilallah) sehingga semakin bersemangat untuk selalu mengajak manusia kepada kebaikan dengan cara yang benar, bukan semangat yang didasari dengan sikap keras dan kasar, serta menasehati pemerintah dengan segala macam bentuk nasehat yang baik dan penuh hormat disertai dengan do’a kebaikan bagi mereka agar Allah memberi petunjuk dan taufik kepada mereka dan membantu mereka dalam menjalankan kebajikan dan meninggalkan maksiat yang biasa dilakukannya, serta membantu untuk selalu menegakkan kebenaran.
Begitulah selayaknya seorang yang beriman dalam berdo’a kepada Allah dan bersungguh-sungguh dalam do’anya tersebut agar Allah memberi petunjuk kepada  pemerintah, dan agar Allah membantu mereka dalam meninggalkan kebatilan dan menegakkan kebenaran dengan cara yang baik. Menyebutkan kebaikan mereka sehingga dengannya akan menambah semangat dalam mengajak kepada kebaikan dengan cara yang baik, bukan dengan cara yang keras lagi kasar. Sehingga dengan itu semua akan bertambah kebaikan dan terkuranginya keburukan. Dan hendaknya seorang mukmin juga berdo’a agar Allah memberi petunjuk kepada mereka untuk menjalankan kebaikan dan istiqamah di atasnya, sehingga terciptalah akhir yang baik bagi semuanya.
[Dinukil dari kitab Al-Ma’lum Min Wajibil ‘Ilaqah bainal Hakim Wal Mahkum]



بسم الله الرحمن الرحيم

Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Dan selawat serta salam semoga
tercurah kepada Muhammad rasul yang terpercaya –shallallahu ‘alaihi wa salam-.
Amma ba’du;
Pertanyaan ini kami sampaikan kepada yang terhormat Syaikh kami, bapa
kami yang berjiwa pembimbing dan penasehat, pengasuh Ma’had Darul Hadith Ma’bar, Asy-Syaikh Al-’Allamah Muhammad bin Abdillah Al-Imam. Semoga Allah Ta’ala menjaga dan melindungi beliau, semoga Allah Ta’ala memperbanyak orang-orang yang semisal beliau, dan semoga Allah Ta’ala melimpahkan barakah pada beliau dan ilmu beliau.
Pertanyaan:
Telah tersebar isu di tengah-tengah masyarakat Nusantara bahwa para pelajar nya yang lulus dari ma’had-ma’had Darul Hadith di Yaman berubah menjadi pelaku pengeboman dan peledakan (terorisme).
Jawaban:
Segala puji bagi Allah Ta’ala dan aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan
yang benar kecuali Allah Ta’ala semata tiada sekutu bagiNya, dan aku bersaksi bahawa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah Ta’ala.
Merupakan sesuatu yang seharusnya untuk diketahui adalah orang yang pertama kali memperingatkan dan mengecam dengan keras perbuatan pengeboman dan peledakan (terorisme) adalah Imam Ahlus Sunnah negeri Yaman yaitu Guru kami Al-’Allamah Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i –semoga Allah Ta’ala merahmati beliau-. Sungguh, para pengikut organisasi Al-Qa’idah telah menyusun rencana untuk melakukan peledakan dan pengeboman di beberapa tempat di beberapa daerah di Yaman. Namun, ketika Syaikh kami (Muqbil bin Hadi) angkat suara membongkar rencana jahat mereka tersebut, gagallah rencana tersebut dan selamatlah negeri Yaman dari rencana jahat mereka. Dan Syaikh (Muqbil bin Hadi) terus melanjutkan kecamannya dan memperingatkan masyarakat dalam khutbah, ceramah dan karya tulis beliau dari gerakan Jama’ah Jihad dan dari bergabung serta berjalan bersama mereka. Segala puji hanya milik Allah Ta’ala semata.
Para ulama yang telah direkomendasikan oleh Syaikh Muqbil untuk kita
merujuk kepada mereka berjalan mengikuti jejak Syaikh Muqbil dalam mengecam dan memperingatkan dari penyeru pengeboman dan peledakan dalam pelajaran-pelajaran dan karya tulis mereka. Upaya ini juga ditempuh para pengasuh ma’hadma’had1 Darul Hadith di Yaman sebagaimana jalan yang ditempuh oleh ulama sunnah di manapun mereka berada. Ini adalah perkara yang sudah diketahui dan dikenal dari mereka di Yaman dan selain Yaman. Dan segala puji bagi Allah Ta’ala.
Para pelajar yang menimba ilmu di hadapan ulama negeri Yaman di ma’hadma’had Darul Hadith juga berjalan pada jalan yang ditempuh oleh para ulama. Oleh kerana itu, menuduh para pelajar tersebut di atas dengan mengatakan “mereka itu pelaku pengeboman dan peledakan” merupakan kedustaan atas diri mereka untuk memperburuk citra mereka dan menghindarkan orang dari mereka dan dari dakwah yang mereka serukan.
Akan tetapi begitu cepat kedustaan ini termentahkan ketika para pelajar
tersebut memberikan khutbah atau ceramah atau mengajar dan memperingatkan dari perbuatan pengeboman dan peledakan.
Maka pengamatan negara (pemerintah) akan hakekat (fakta) ini yang ada pada ma’had-ma’had Darul Hadith di Yaman dan juga hakekat (fakta) para pelajar yang lulus dari ma’had-ma’had tersebut adalah perkara yang penting.
Seyogyanya bagi kedutaan ,untuk meyampaikan kepada negaranya
informasi yang benar tentang ma’had-ma’had tersebut. Berperannya pemerintah, sebagai pihak yang bantu-membantu menyebarkan kebaikan (dakwah berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah) yang dilakukan oleh para alumni ma’had-ma’had Darul Hadith Yaman lebih baik dari pada menentang dan menghalangi mereka. Kerana apa yang kami serukan adalah demi kebaikan setiap muslim, entah yang sebagai pemegang kepemerintahan ataupun rakyatnya. Karena kami menyeru kepada perbaikan hubungan antara seorang hamba dengan Rabbnya (Allah Ta’ala). Kalau dia bisa baik maka baginya balasan yang baik dan jika dia memilih kejelekan maka jangan mencela kecuali dirinya.
Dakwah kita adalah dakwah yang mengarah pada perbaikan dan mengajak
kepada kebaikan dengan cara-cara yang syar’i bukan dengan cara-cara yang diadaadakan seperti pembentukan kelompok-kelompok atau dengan cara pemberontakan dan penggulingan, ataupun dengan cara pengeboman dan peledakan.
Maka sudah seyogyanya bagi negara-negara islam untuk berkhidmat memperjuangkan islam, dan kami akan ikut bahu-membahu dengan mereka dalam susah dan kemudahan. Tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah Ta’ala.
Tanda Tangan
Abu Nashr Muhammad bin Abdillah Al-Imam
20/02/1431H
Diterjemahkan oleh:
Abu Zubair ‘Umar Al-Indunisy
Dan Abu Hudzaifah Rahmadi Al-Indunisy
Darul Hadith, Ma’bar, Yaman
1.      Ma’had-ma’had para ulama tersebut diantaranya: Ma’had Darul Hadith Dammaj, Ma’had Darul Hadith Ma’bar, Ma’had Darul Hadith Dzammar, Ma’had Darul Hadith Fiyusy – Aden, Ma’had Darul Hadith Hadramaut, Ma’had Darul Hadith Ibb, Ma’had Darul Hadith Syibwah dan lain-lain.

No comments:

Post a Comment